Senin, 31 Desember 2012

Tafsir Imam Syafi'i terhadap Al Qur'an dengan menggunakan Al Qur'an

Sejak berusia tujuh tahun Imam Syafi'i telah dikaruniai ALLOH berupa kemampuan menghafal dengan sempurna seluruh ayat - ayat dalam Al Qur'an. Selain itu Beliau juga berguru kepada para ulama Masjidil Haram dalam rangka memperdalam ilmu syariat. Kebanyakan dari para ulama tersebut menganjurkan kepada Imam Syafi'i agar lebih fokus memperdalam ilmu yang berhubungan dengan Al Qur'an dan tafsirnya. Kebanyakan dari para ulama tersebut adalah murid dari Ibnu Abbas dan para ulama yang sefaham dengan Beliau.
Setelah itu Imam Syafi'i kemudian memperdalam dan menghafal sunnah dan hadits - hadits Rosululloh dari para ulama di daerahnya. Selanjutnya Beliau juga mempelajari dan menghafal syair - syair suku Huzail. Dalam hal ini, bahkan Beliau terjun langsung dan tinggal bersama mereka sehingga Beliau tumbuh menjadi pemuda yang tangguh.
Berkat perjuangan Beliau sebagaimana di ceritakan di atas, menjadikan Imam Syafi'i sebagai orang yang paling fasih berbahasa Arab pada zamannya. Sekiranya Beliau tidak beralih ke ilmu Fiqih, niscaya Beliau menjadi seorang sastrawan yang ahli dalam syair dan sastra Arab.
Al Mubarrad berkata,"Imam Syafi'i adalah orang yang paling mahir dalam hal syair dan sastra Arab serta paling menguasai Al Qur'an."
Bahkan Ibnu Uyainah apabila ditanya suatu permasalahan tentang tafsir atau fatwa, Beliau berpaling ke arah Imam Syafi'i dan berkata,"Bertanyalah kepada orang ini (sambil menunjuk ke arah Imam Syafi'i."
Yunus bin Al A'la berkata,"Apabila Imam Syafi'i menafsirkan suatu ayat maka seakan - akan Beliau ikut menyaksikan langsung peristiwa turunnya ayat tersebut."
Seorangulama dari golongan Azh Zhahiri berkata,"Aku dan Ahmad bin Hambal, menemui Imam Syafi'i di mekah. Ternyata Beliau adalah seorang yang fasih dan berakhlak mulia. Ketika kami berpisah, para ahli Al Qur'an menginformasikan kepada kami, bahwa Imam Syafi'i adalah orang yang paling menguasai makna Al Qur'an pada zamannya dan memiliki pemahaman yang tinggi. Sekiranya kami mengetahui hal tersebut sedari awal, niscaya kami tak kan mau berpisah dengannya."
Imam Ahmad bin Hambal berkata,"Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih paham Al Qur'an melebihi Imam Syafi'i"

Semoga bermanfaat

Jumat, 21 Desember 2012

Sandaran Tafsir Imam Syafi'i

Kalau kita mengkaji tafsir Imam Syafi'i maka kita akan mendapati bahwa ternyata Beliau dalam menafsirkan Al Qur'an bersandarkan sumber - sumber hukum sebagai berikut :

1. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan Al Qur'an
2. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan hadits shahih, baik itu hadits mutawatir maupun hadits ahad yang shahih
3. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan ijma'
4. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan qiyas
5. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan atsar (perkataan shahabat)
6. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan  perkataan tabi'in dan para imam
7. Tafsir Imam Syafi'i atas Al Qur'an dengan menggunakan sastra dan bahasa Arab

Untuk lebih jelasnya, insya ALLOH dalam tulisan berikutnya akan coba saya jabarkan satu  per satu.
Mengenai hal tersebut di atas, Syaikh Abu Zahrah mengatakan," Imam Syafi'i telah menempuh jalan lurus tersebut, Beliau menggunakan Al Qur'an dan As Sunnah untuik menetapkan suatu hukum. Bila As Sunnah tidak ditemukan maka Beliau menggunakan alat bantu dari perkataan shahabat, baik itu yang menyangkut hal - hal yang disepakati maupun hal - hal yang diperselisihkan. Namun jika Beliau tidak mendapati semua hal tersebut barulah Beliau menggunakan alat bantu berupa ilmu sastra dan bahasa Arab serta logika dan qiyas."

Semoga bermanfaat

Rabu, 28 November 2012

Tingkatan Ilmu menurut Imam Syafi'i

Menurut Imam Syafi'i, ilmu itu terdiri dari lima tingkatan :

Tingkat Pertama : Al Qur'an dan As Sunnah yang autentik, karena Imam Syafi'i hanya mau mengambil dalil dari Al Qur'an dan hadits yang shahih (diriwayatkan oleh komunitas umum dari komunitas umum)pada satu tingkatan, yang dianggap sebagai penjelas bagi Al Qur'an sekaligus memperinci ayat - ayat yang bersifat global. Sebenarnya cukup Al Qur'an saja untuk hal yang tidak membutuhkan penjelas, misalnya ibadah - ibadah fardhu secara umum

Tingkatan kedua : penggunaan ijma' pada permasalahan yang tidak dijumpai dalilnya di dalam Al Qur'an maupun As Sunnah. Yang dimaksud ijma' disini adalah ijma' para ulama yang dikaruniai ilmu khusus dan tidak hanya sebatas ilmu umum, dengan demikian ijma' mereka dapat dijadikan hujjah bagi orang lain sepeninggal mereka, mereka berijma' tidak hanya berdasarkan logika, sebab apabila hanya berdasarkan pada logika saja maka mereka pasti akan selalu berselisih dan tidak mungkin bersatu.

Tingkatan ketiga : pendapat sebagian shahabat Rosululloh yang tidak ada seorangpun yang menentangnya, karena pendapat shahabat Rosululloh lebih baik daripada pendapat kita sendiri apabila diriwayatkan melalui sumber yang terjamin selamat dari kesalahan

Tingkatan keempat : perbedaan pendapat shahabat Rosululloh pada masalah tertentu. Dalam hal ini sikap kita adalah mengambil pendapat sebagian dari mereka yang lebih dekat dengan dalil Al Qur'an dan As Sunnah atau yang ditarjih qiyas dan tidak keluar dari pendapat para shahabat.

Tingkatan kelima : qiyas atas suatu permasalahan yang diketahui hukumnya dari salah satu tingkatan yang telah disebutkan di atas. Oleh karena itu, masalah tersebut diqiyaskan hukumnya ke salah satu dari Al Qur'an dan As Sunnah, atau yang diketahui hukumnya melalui jalan ijma' atau disertakan padanya sebagian pendapat shahabat yang tidak ditentang atau pendapat mereka yang berbeda dengan pendapat shahabat lainnya.

Semoga bermanfaat

Senin, 19 November 2012

Pembagian Ilmu Syari'at menurut Imam Syafi'i

Imam Syafi'i membagi i;mu syari'at menjadi dua bagian :
1. Ilmu Umum
    Ilmu ini wajib bagi setiap muslim yang mukallaf untuk mengetahuinya. Mencakup setiap orang yang berakal dan tidak ada alasan bagi seorangpun untuk tidak mengetahuinya.

2. Ilmu Khusus
    Ilmu ini bersifat fardhu kifayah, yang harus ditunaikan oleh orang yang di beri ilmu Al Qur'an dan As Sunnah, khabar dari para shahabat dan keaneragaman manusia. Dengan mereka menunaikan ilmu ini maka menjadikan kaum muslimin yang lainnya bebas dan tidak berdosa, sedangkan bagi mereka yang mengamalkannya akan mendapat pahala dan kemuliaan. Mereka ini berhak untuk menetapkan suatu hukum dan bahkan  wajib bagi mereka menjalankannya.
Mengenai pembagian ilmu ini Imam Syafi'i pernah ditanya seseorang,"Apa ilmu itu ? dan apa yang harus dilakukan seseorang terhadap ilmu?"
Imam Syafi'i menjawab,"Ilmu itu ada dua. Pertama Ilmu Umum. Ilmu ini harus diketahui oleh semua orang yang telah baligh dan tidak terganggu akal fikirannya."
"Apa contohnya?" kata si penanya.
Sang Imam menjawab,"Contohnya rukun Islam dan keharaman khamr, membunuh, berzina, mencuri dan semua yang semakna dengan hal tersebut yang dibebankan kepada semua hamba untuk mengetahui dan mengamalkannya serta meninggalkan terhadap semua yang diharamkan."
Imam Syafi'i menegaskan, tidaklah ilmu umum disampaikan kepada seseorang dari kaum muslimin, melainkan ilmu itu sudah ada padanya dan tidak seorangpun mampu membantah sesuatu darinya atas orang lain, sebagaimana yang telah digambarkan dalam beberapa amalan fardhu, jumlah raka'at sholat dan lain sebagainya.
"Lalu apa yang kedua?"kata si penanya lagi.
Sang Imam menjelaskan,"yang kedua adalah ilmu khusus. yaitu cabang dari ibadah fardhu yang dilakukan oleh seorang hamba, serta beberapa ilmu khusus yang berketerkaitan langsung ataupun tidak langsung dengannya, yang tidak ada dalilnya dalam Al Qur'an maupun As Sunnah. Kalaupun ada dalilnya dari As Sunnah, maka itu hanya dari khabar khusus (contoh Hadits Ahad), bukan khabar umum dan dalil yang masih memungkinkan untuk di takwil atau dilakukan qiyas."
Syaikh Muhammad Abu Zahrah berpendapat : Ilmu khusus adalah lahan bahasan bagi para ahli fiqih dan mujtahid untuk berusaha menentukan suatu hukum. Dan inilah yang wahana yang sering mengundang perdebatan panjang. Sarana yang telah dibuatkan beberapa ketentuan agar kesimpulan hukum yang diambil bisa benar dan supaya ketentuan tersebut menjadi tolak ukur untuk menentukan benar atau salah, juga penentu bagi orang - orang yang berselisih dan pembeda bagi orang - orang yang berbeda pendapat.


Semoga bermanfaat.

Minggu, 30 September 2012

Download Gratis Sofware Islam untuk Android

Dengan perkembangan teknologi saat ini, menjadikan semakin mudah bagi manusia untuk belajar dan mengetahui berbagai hal, tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Hal ini juga sangat terasa bagi ummat Islam, sebagai contoh bagi para pengguna HP Android saat ini sudah tersedia berbagai sofware Islami baik yang gratisan maupun yang berbayar, ada Qur'an for android lengkap mushaf dan bacaan murotalnya, ada al mishbah yang memuat berbagai kitab hadits dan fiqih beserta terjemahnya (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Al Muwaththa, Musnad Ahmad, Sunan Abu Dawud, Sunan Ibnu Majah, Sunan An Nasa'i, Sunan At Tirmidzi dan Sunan Ad Darimi), ada Muslim Pro yang berisi jadwal sholat dan kompas kiblat mirip sofware shollu untuk komputer dan masih banyak lagi tinggal rajin - rajin saja kita mencarinya. Semua kemajuan dan berbagai fasilitas teknologi tersebut hanya akan memberi manfaat kalau kita pandai memanfaatkannya serta mau mempelajarinya. Namun demikian tetap kami sarankan agar hal tersebut hanya dijadikan sebagai pelengkap referensi kailmuan kita sedangkan untuk mendalaminya tetap kami sarankan untuk berguru langsung kepada para ulama yang ahli di bidangnya masing - masing agar kita tidak membuat penafsiran - penafsiran baru semau kita sendiri yang hal ini justru sering membuat seseorang menjadi salah langkah dalam beribadah karena salah dalam memahami landasan syariat yang dipelajarinya tanpa guru / ulama pembimbing.

Semoga bermanfaat

Jumat, 17 Agustus 2012

Halal bi halal

Sudah menjadi tradisi di negara kita Indonesia, ada beberapa hal yang selalu dilakukan banyak orang dalam mengakhiri Romadhon berupa :

1. Pulang Kampung
    Hal ini di lakukan di hampir seluruh perantau Indonesia, dimanapun berada selalu berusaha untuk menyempatkan diri pulang kampung, di penghujung akhir Romadhon dan baru kembali ke rantau setelah melewati lebaran beberapa hari di kampung halaman. Sepanjang kegiatan ini tidak menimbulkan mudhorot tentu hal ini tadak menjadi masalah, namun bagi para pemudik hendaknya tetaplah berhati - hati dalam menjaga semua bawaannya dan juga kesehatannya, hal ini mengingat di saat arus balik terutama di jalur pantura Pulau Jawa begitu padat dan macet terjadi dimana - mana, sehingga hal tersebut akan menjadikan situasi rawan berbagai tindak kriminal. Tetaplah selalu ingat Alloh selama dalam perjalanan, semoga selamat semuanya.

2. Halal bi halal
   Sebelum era teknologi secanggih saat ini, dulu ketika saya kecil acara halal bi halal ini selalu berupa kunjungan dari rumah ke rumah untuk saling memohon maaf dengan sesama, namun seiring dengan perkembangan teknologi dan berbagai alasan kesibukan, kunjungan antar rumah ini sudah mulai tergeser dengan sekedar saling sms ataupun kirim email saja. Ada satu pesan luar biasa dari Nabi mengenai silaturahim ini yaitu, hendaknya yang didulukan untuk kita kunjungi adalah orang yang sedang memutus silaturahim dengan kita dan bukan sekedar membalas kunjungan karena dia telah berkunjung ke rumah kita.

3. Ketupat lebaran
  Menurut orang Jawa ketupat yang dalam bahasa Jawa : KUPAT adalah merupakan singkatan dari ngaKU lePAT (mengakui kesalahan), itulah sebabnya pada hari raya tersebut orang saling memaafkan dengan mengungkapkan rasa saling bersalahnya. Di beberapa daerah tertentu ketupat ini tidak dibuat pada hari raya pertama tetapi di buat seminggu kemudian yaitu setelah selesai puasa sunnah 6 hari di bulan syawwal. Puasa syawwal ini di mulai hari kedua (tanggal 2 Syawwal) karena pada tanggal 1 Syawwal haram berpuasa, sehingga pada tanggal 7 syawwal adalah merupakan hari terakhir puasanya, nah besoknya pada tanggal 8 syawwal barulah mereka membuat ketupat tersebut, namun di kebanyakan daerah, terutama di kota - kota se Indonesia, lebih banyak yang membuat ketupatnya pada hari pertama lebaran (tanggal 1 syawwal) sehingga setelah itu banyak yang tidak mengerjakan puasa sunnah syawwal, padahal puasa sunnah syawwal ini sangat dianjurkan oleh Nabi.

4. Mercon
   Sebenarnya mercon atau petasan ini sangat berbahaya dan sudah dilarang penjualannya, namun kenyataannya sampai sekarang setiap memasuki romadhon sampai malam takbiran kita akan selalu dikejutkan dengan berbagai ledakan petasan di sana - sini. Semoga bahaya ini bisa segera di sadari oleh para pelakunya dan di tinggalkannya, serta semoga tidak sampai terjadi hal - hal yang tidak kita inginkan

5. Tarling
  Tarling (Takbir Keliling) ini sungguh menjadi sebuah moment yang sangat dirindukan banyak orang, bahkan sekarang ini secara resmi pemerintah menyediakan dana khusus untuk hal tersebut dengan membuat lomba desaign kendaraan menjadi berbagai bentuk yang sangat menarik untuk keliling sambil takbiran menyusuri jalan - jalan diruas kota sampai kecamatan dan kelurahan

Sebenarnya masih banyak hal lagi budaya di negri ini dalam mengakhiri romadhon di setiap tahunnya, termasuk adanya kue lebaran, baju lebaran sampai amplop lebaran, semoga semua ini menjadikan kita dalam mengisi romadhon dan lebaran penuh makna, hal ini tidak perlu di pertentangkan tentang ada tidaknya dalil mengenai hal tersebut, dan juga tidak perlu saling menuduh bid'ah dan sebagainya, karena hal ini hanyalah sebuah budaya dan bukan bentuk peribadatan. Sungguh . . . menjunjung tinggi rasa persatuan dan kesatuan ummat, jauh lebih mulia dari pada sekedar mempertentangkan berbagai perbedaan yang ada. Semoga dengan banyaknya perbedaan dan ragam budaya tersebut menjadikan kita semakin dewasa dalam menyikapi kehidupan.

AAMIIN .........

Selasa, 26 Juni 2012

Do'a Malaikat dan Laknat Al Qur'an

Sebagian ulam salaf berkata,"Ada seorang hamba yang saat memulai membaca satu surah Al Qur'an, maka Malaikat akan terus berdoa baginya hingga ia selesai membacanya. Dan ada orang yang membaca satu surah Al Qur'an namun Malaikat terus melaknatnya hingga ia selesai membacanya." Seseorang bertanya padanya,"Mengapa bisa terjadi hal yang demikian itu?" Ia menjawab,"Jika ia menghalalkan apa yang dihalalkan Al Qur'an dan mengharamkan apa yang diharamkan Al Qur'an maka Malaikat akan terus berdoa baginya, namun jika sebaliknya yang ia lakukan maka Malaikat akan terus melaknatnya."
Sebagian ulama berkata,"Ada seseorang yang membaca Al Qur'an dan ia sedang melaknat dirinya sendiri dengan tanpa sadar. Ia membaca "alaa la'natulloh 'alazhzholimiin"(sesungguhnya laknat Alloh diberikan kepada orang - orang yang zholim) sementara ia adalah orang yang zholim. dan ia membaca "alaa la'natulloh 'alal mukdzibiin" (sesungguhnya laknat Alloh ditimpakan kepada para pendusta) sedangkan ia termasuk orang yang mendustakannya.
Inilah makna perkataan Anas bin Malik RA : ada orang yang membaca Al Qur'an dan Al Qur'an itu melaknatnya.
Al Hasan berkata : Kalian menjadikan bacaan Al Qur'an sebagai stasiun - stasiun dan menjadikan malam sebagai kendaraan yang kalian kendarai dan dengannya kalian melewati stasiun - stasiun itu, sementara orang - orang sebelum kalian jika melihat risalah - risalah dari Robb mereka, maka mereka segera mentadaburinya pada malam hari dan melaksanakannya pada siang harinya.
Maisarah berkata : Yang aneh adalah Al Qur'an yang terdapat dalam diri orang yang senang berbuat dosa. Keanehan itu terjadi karena Al Qur'an berada di satu lembah, sementara itu akhlak dan perilaku dirinya berada di lembah lain.
Abu Sulaiman Ad Darani berkata : Neraka Zabaniyah lebih cepat dimasuki oleh penghafal Al Qur'an yang melakukan maksiat kepada Alloh dibandingkan penyembah berhala saat melakukan maksiat kepada Alloh setelah membaca Al Qur'an.
Sebagian ulama berkata : Jika seorang anak Adam membaca Al Qur'an  kemudian ia berlaku buruk setelah itu ia kembali membaca Al Qur'an, maka Alloh berkata kepada orang itu,"Apa hakmu membaca firman-Ku sementara itu engkau berpaling dari-Ku?"
Itulah sebabnya para penghafal Al Qur'an dari kalangan shahabat, merekalah orang yang senantiasa berada dibarisan pertama saat shalat di Masjid, orang yang selalu berada di garis terdepan saat jihad dan menjadi orang yang pertama melakukan setiap kebaikan di tengah masyarakat, sehingga Al Qur'an yang dihafalnya senantiasa menjadi rahmat dalam kehidupannya.
Bagi yang ingin mendengarkan ceramah Pengajian Ust Trimo (Pengasuh Pondok Tahfizh "AFLAHA") silahkan download / klik di sini.

Senin, 25 Juni 2012

Download Gratis Ahmed Saoud

Berikut ini beberapa bacaan Surah Al Qur'an yang sangat merdu yang di bacakan oleh Ahmed Saoud

1. Surah Al Buruj
2. Surah At Thoriq
3. Surah Al A'la
4. Surah Al Ghasiyah
5. Surah Al Fajr

Bonus ceramah pengajian ust Trimo (Pengasuh Pondok Tahfizh Al Qur'an "AFLAHA") klik disini

Minggu, 24 Juni 2012

Pengajian Lucu Ust Trimo





Selain video di atas, kami juga sertakan disini rekaman pengajian Al Qur'an yang disampaikan oleh Ustadz Trimo yang terkenal sebagai Ustadz Humoris, Beliau adalah Pengasuh Pondok Tahfizh AFLAHA. Isi ceramahnya juga renyah, ada sisipan Pengajian Lucu di dalamnya dan juga penuh makna. Selamat mendengarkan dan semoga bermanfaat. Untuk men download nya silahkan klik disini.

Jumat, 15 Juni 2012

Hadits tentang menghafal Al Qur'an

Penghafan  Al Qur'an harus bisa menjadi cerminan yang padanya orang lain dapat melihat aqidah Al Qur'an, nilai - nilai yang terkandung didalamnya, etika - etika yang diajarkan Al Qur'an dan akhlaq yang di ajarkan oleh Al Qur'an. Hendaklah penghafal Al Qur'an membaca Al Qur'an dan ayat - ayat itu sesuai dengan perilakunya, jangan sampai ia membaca Al Qur'an namun ayat - ayat Al Qur'an justru melaknatnya.
Dari Abdullah bin Amru mengatakan bahwa Rosululloh SAW bersabda :
"Barang siapa menghafal Al Qur'an, berarti ia telah memasukkan kenabian dalam dirinya, hanya saja Al Qur'an tidak diwahyukan langsung kepadanya. Tidak sepantasnya seorang penghafal Al Qur'an ikut marah bersama orang yang marah dan ikut bodoh bersama orang yang bodoh, sementara dalam dirinya ada hafalan Al Qur'an."
Ibnu Mas'ud RA berkata : penghafal Al Qur'an harus dikenal dengan malamnya pada saat manusi tidur, dan dengan siangnya saat manusia tertawa, dengan diamnya saat manusia bicara dan dengan khusyu'nya saat manusia sedang gelisah. Penghafal Al Qur'an harus tenang dan lembut, tidak keras, tidak sombong, tidak berkata kasar dan tidak cepat marah."
Ibnu Mas'ud, seolah - olah sedang berbicara dengan dirinya sendiri, karena Beliau adalah salah seorang imam penghafal Al Qur'an dan Beliau menjadi orang yang betul - betul sesuai dengan predikat penghafal Al Qur'an. Ibnu Mas'ud juga mengecam kepada orang yang hanya menjadikan kegiatan mempelajari Al Qur'an sebagai amalnya namun mereka tidak mengamalkan isinya.
Fudhail bin 'Iyadh (seorang zahid yang sangat terkenal) berkata : Seorang penghafal Al Qur'an harus tidak butuh kepada orang lain, tidak kepada para khalifah dan tidak pula kepada orang yang lebih rendah kedudukannya. Sebaliknya, seorang penghafal Al Qur'an harus menjadi tumpuan kebutuhan bagi orang lain.

Kamis, 07 Juni 2012

Hadits tentang Hukum Melupakan Al Qur'an

As Suyuti berbicara tentang hukum melupakan Al Qur'an, ia berkata : melupakan hafalan Al Qur'an adalah dosa besar, seperti dikatakan An Nawawi dalam kitab "Ar Raudhah" dan ulama lainnya dengan dalil hadits Abi Daud : "Dosa - dosa ummatku diperlihatkan kepadaku, dan aku tidak dapati dosa yang lebih besar dari dosa seseorang yang diberi ni'mat hafal Al Qur'an atau suatu ayat, kemudian ia melupakannya." (HR. Abu Daud)
Beliau juga meriwayatkan hadits sebagai berikut,"Siapa yang menghafal Al Qur'an namun kemudian melupakannya, maka ia akan bertemu Alloh pada hari kiamat dalam keadaan terserang penyakit sopak."(HR. Abu Daud)
Imam Tirmizi mengatakan bahwa hadits tersebut gharib atau dha'if. Ketika Imam Bukhari di tunjuki hadits tersebut, Beliau tidak mengetahuinya dan melihatnya sebagai hadits yang gharib, sedangkan hadits kedua dikomentari oleh Al Munziri : dalam sanadnya ada Yazid bin Abi Ziyad, ia tidak dapat dijadikan hujjah dan ia juga munqathi'
Jika hadits - hadits  yang dijadikan landasan orang yang mengatakan bahwa melupakan hafalan Al Qur'an adalah dosa besar telah jelas kelemahannya, maka yang tersisa adalah celaan terhadap tindakan melupakan hafalan Al Qur'an tersebut, akibat sang penghafal tidak rajin muroja'ah (mengulang - ulang) namun tidak sampai kepada keharaman apalagi dosa besar. Namun pendapat yang paling kuat adalah, hal tersebut (melupakan hafalan Al Qur'an) sebagai perkara yang makruh dengan sangat serta tidak pantas bagi seorang Muslim yang mendapat karunia sangat mulia ini (bisa menghafal Al Qur'an) menyia - nyiakannya hingga hilang dari ingatannya. Dengan demikian janganlah sampai seorang Muslim enggan menghafal Al Qur'an karena takut lupa dan dosa besar padahal bagi yang tidak menghafalnya justru tidak berdosa, tetapi marilah kita semua berusaha sekuat tenaga untuk menghafal Al Qur'an dan menjaganya karena begitu besar keutamaan yang Alloh berikan kepada orang - orang yang berusaha menghafal dan menjaga Al Qur'an sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan terdahulu.

Sabtu, 12 Mei 2012

Hadits tentang Menjaga Hafalan Al Qur'an

Diantara etika para penghafal Al Qur'an adalah selalu bersama Al Qur'an, sehingga Al Qur'an tidak hilang dari ingatannya, yaitu dengan terus muroja'ah (mengulang membaca hafalannya) maupun dengan cara mendengarkan rekaman bacaan para Imam yang masyhur. Berkat ni'mat ALLOH, saat ini beberapa stasiun televisi ada yang setiap hari menayangkan bacaan Al Qur'an sehingga kita bisa menikmatinya di setiap waktu dan kesempatan yang kita miliki.
Dari Ibnu Umar R.A. berkata bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda,"Perumpamaan orang yang hafal Al Qur'an adalah seperti pemillik onta yang terikat, jika ia terus menjaganya maka ia dapat terus memegangnya, dan jika ia lepaskan maka ia akan segera kehilangan." (HR. Bukhori Muslim) dan Imam Muslim menambahkan dalam riwayatnya,"Jika ia menjaganya dan membacanya pada malam dan siang hari maka ia dapat terus mengingatnya sedangkan jika tidak maka ia akan melupakannya."
Dari Abdullah bin Mas'ud RA ia berkata bahwa Rasululloh SAW bersabda," Amat buruk orang yang berkata,"Aku telah melupakan hafalan ayat ini dan ayat itu, namun sebenarnya ia dilupakan," Terus ulang - ulanglah hafalan Al Qur'an karena ia lebih cepat pergi dari dada manusia daripada perginya onta dari ikatannya."
Dari Abi Musa Al Asy'ari RA dari Nabi Muhammad SAW bersabda,"Teruslah jaga hafalan Al Qur'an, karena demi Zat yang jiwa Muhammad berada dalam genggaman-Nya, ia lebih cepat lepas daripada lepasnya onta dari ikatannya."(HR Bukhori Muslim)
Para penghafal Al Qur'an harus menjadikan Al Qur'an sebagai teman dalam kesendiriannya, serta penghibur dalam kegelisahannya, sehingga ia tidak berkurang dari hafalannya.
Qasim bin Abdurahman berkata,"Aku bertanya kepada sebagian  kaum sufi : Tidak adakah seorangpun yang menjadi teman dalam kesepianmu di sini ? Maka ia mengulurkan tangannya ke mushaf kemudian meletakkannya ke atas batu seraya berkata,"Inilah teman setia dalam kesendiriannku."

Rabu, 18 April 2012

Keluarga ALLOH

Suatu ketika Rosululloh bersabda,"ALLOH mempunyai keluarga dari kalangan manusia."
Para Shahabat pada heran dan bertanya,"Siapa mereka ya Rosululloh?"
Nabi menjawab,"Ahlul Qur'an, mereka adalah keluarga ALLOH dan orang - orang dekat-Nya."
(Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasai dalam "Al Kubra" serta Ibnu Majah, Al Hakim. Lihat : Shahih Al Jami' Ash Shagir)

Sahabat Penghafal Al Qur'an

Banyak terdapat hadits yang berbicara tentang keutamaan orang yang membaca dan menghafal Al Qur'an.
Seorang penghafal dinamakan "al qori'" sementara kalangan penghafal dinamakan "al qurra" dan kadang - kadang menghapal diungkapkan dengan kata "al jam'u"
Al Bukhori meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, aku bertanya kepada Anas bin Malik "Siapa yang menghafal Al Qur'an pada masa Rosululloh SAW? ia menjawab,"empat orang, seluruhnya dari kalangan Anshar yaitu Mu'adz, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid (salah satu paman Anas)"
Dalam riwayat yang lain dari Anas ia berkata,"Saat Rasululloh wafat, hanya ada empat orang yang hafal Al Qur'an yaitu Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid."
Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainnya dari dua segi :
1. Menggunakan redaksional Hashr (pembatasan) pada empat orang
2. Menyebut Abu Darda sebagai ganti Ubay bin Ka'b

Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hafal hanya empat orang, dan mereka menakwilkan bahwa perkataan seperti itu adalah dalam batas sepengetahuannya, karena para penghafal lebih banyak dari itu bilangannya, seperti telah diketahui dengan yakin.
Al Bukhari meriwayatkan dari Abdulloh bin Amru ia berkata,"Aku mendengar Rosululloh bersabda : pelajarilah Al Qur'an dari empat orang yaitu Abdulloh bin Mas'ud, Salim (maula Abi Huzaifah), Mu'adz dan Ubay bin Ka'b" dua yang pertama adalah dari kalangan muhajirin.
Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak menaikkan keberadaan yang lainnya yang hafal Al Qur'an pada saat itu.
Banyak sahabat yang menghapal Al Quran seperti hapalan empat orang itu, atau lebih bagus. Dalam riwayat yang sahih: dalam perang Bi`ru Ma`unah yang terbunuh dalam kejadian itu dari kalangan sahabat adalah  mereka yang dikenal dengan Al Qurra (para penghapal Al Quran) dan bilangan mereka adalah: tujuh puluh orang.
Al Qurthubi memberikan komentar atas perkataan Anas tadi: pada saat perang
Yamamah (Perang melawan gerakan murtad) ada tujuh puluh qurra yang syahid, dan
pada masa Nabi Saw di Bi`ru Ma`unah sejumlah yang sama juga mendapatkan mati
syahid. Anas menyebutkan hanya empat orang itu adalah karena ia amat dekat dengan
keempatnya, atau pada saat itu yang ia ingat adalah empat orang itu.
SementaAl Hafzih Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa yang dimaksud oleh Anas itu
adalah dari kalangan Khazraj, tidak termasuk suku Aus. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir darinya ia berkata: Dua suku Aus dan Khazraj berbangga-bangga, Aus berkata: Di
antara kami ada yang membuat Arsy bergetar, yaitu Sa`d bin Mu`adz, ada yang
persaksiannya dihitung dua persaksian laki-laki, yaitu Khuzaimah bin Tsabit, dan yang
dimandikan oleh Malaikat, yaitu Hanthalah bin Abi Amir, dan orang yang dijaga oleh
sekawanan lebah, yaitu Ashim bin Abi Tsabit. Sementara suku Khajraz berkata: dari
kami ada empat orang yang menghapal Al Quran dengan baik, tidak seperti orang lain
……dan ia menyebutkan namanya.
Al Hafizh as Suyuthi menyebutkan wanita yang menghapal Al Quran, yang
menurutnya tidak ada orang lain yang menyebutnya, yaitu Ummu Waraqah binti Abdillah
bin Al Harits. Dan Rasulullah SAW pernah menziarahinya, dan menamakannya dengan
syahidah, Nabi Muhammad Saw memerintahkannya untuk mengimami keluarganya
dalam shalat. Pada masa kekhalifahan Umar wanita itu terbunuh oleh hambanya. Umar
berkomentar: Benarlah Rasulullah SAW, beliau pernah bersabda:
“Mari kita berangkat menziarahi wanita syahidah“!.
Ibnu Hajar berkata: yang tampak dari banyak hadits: bahwa Abu Bakar telah
menghapal Al Quran pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadits sahih diriwayatkan ia
membangun masjid di depan rumahnya, dan membaca Al Quran di sana, dan ia ditandu
saat sakit menimpanya. Ia berkata: ini tidak diragukan lagi, karena kesungguhan Abu
Bakar untuk menerima Al Quran langsung dari Nabi Saw, ditambah keseriusan hatinya
untuk menerima Al Quran. Keduanya berada bersama di Mekkah, dan pergaulan
keduanya amat lengket, sehingga Aisyah r.a. berkata: adalah Rasulullah SAW
mendatangi mereka setiap pagi dan petang. Dalam hadits sahih Rasulullah SAW
bersabda:
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah orang yang paling pandai tentang Kitab Allah
. Dan Rasulullah SAW mengedepankan Abu Bakar r.a. untuk menjadi imam shalat
kalangan muhajirin dan Anshar. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang
paling menguasai dan menghapal Al Quran dibandingkan yang lain. As Suyuthi berkata:
Pendapat ini telah dikemukakan oleh Ibnu Katsir sebelumnya.
Ia berkata: Ibnu Abi Daud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Muhammad bin
Ka`b al Qurazhi ia berkata: pada masa Rasulullah SAW ada lima orang Anshar yang
menghapal Al Quran: yaitu Mu`adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Ubay bin Ka`b, Abu
Darda dan Abu Ayyub al Anshari. Di sini ia menambahkan bilangan yang telah disebut
oleh Anas, yaitu: Ubadah dan Abu Ayyub.
Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab “al Qiraat” para al Qurra dari kalangan
sahabat Rasulullah SAW. Dari kalangan Muhajirin adalah: Khalifah yang empat,
Thalhah, Sa`d, Ibnu Mas`ud, Huzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib,
Abadilah, Aisyah, Hafshah dan Ummu Salmah. Sedangkan dari Anshar adalah: Ubadah
bin Shamit, Mu`adz yang mempunyai nama panggilan Abu Halimah, Majma` bin Jariah,
Fadhalah bin Ubaid, dan Muslimmah bin Mukhallad. Ia mengatakan bahwa sebagian dari
mereka telah menyempurnakan hapalannya setelah Rasulullah SAW wafat.
As Suyuthi berkata: Ibnu Abu Daud memasukkan juga: Tamim Ad Dari dan Uqbah
bin `Amir. Ia berkata: Di antara orang yang menghapal juga adalah: Abu Musa al
Asy`ari, seperti disebut oleh abu Amru ad Dani.
Tentunya pada masa sahabat, jumlah penghapal Al Quran tidak sebanyak pada
masa kita sekarang ini, karena mereka mempelajari Al Quran; ilmu dan amalnya
sekaligus.
Oleh karena itu Umar berkata: Jika seseorang telah mempelajari surah Al Baqarah
dan Ali Imran maka ia telah tampak terhormat di mata kami! Artinya ia menjadi orang
yang mempunyai kehormatan dan kedudukan di mata kami.
Saat Umar mengkhatamkan surah Al Baqarah, ia menyembelih unta sebagai
ucapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat itu. Dan kami sendiri, saat masih kecil,
jika telah menghatamkan surah Al Baqarah kami membuat acara, dan kami namakan itu
sebagai: Al Khatmaah ash Shughra (khataman kecil). Sedangkan Al Khatmah al Kubra
(khataman besar) adalah dengan menyempurnakan menghapal Al Quran seluruhnya.
Ini tidak aneh, karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW:
“Jangan jadikan rumah-rumah kalian menjadi kuburan, karena rumah yang tidak
dibacakan surah Al Baqarah di dalamnya, tidak dimasuki oleh syaitan “.
Dari Abi Umamah al Bahili: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah surah Al Baqarah, karena membacanya membawa berkah, dan
meninggalkannya adalah kerugian, dan orang yang membacanya tidak dapat disihir (teluh
atau santet)” . Artinya: para penyihir, tidak dapat mencapai sasarannya.
Ibnu Mas`ud berkata: “Al Quran ini adalah hidangan Allah SWT, maka
barangsiapa yang dapat mempelajari sesuatu dari Al Quran hendaknya ia
mempelajarinya. Karena rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang didalamnya tidak ada sedikitpun kitab Allah SWT. Rumah yang tidak ada sesuatupun di
dalamnya dari kitab Allah, adalah seperti rumah kosong yang tidak berpenghuni. Dan
syaitan akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqarah.
Ibnu Masu`d berkata pula: “ Segala sesuatu mempunyai puncak, dan puncak Al
Quran adalah: Surah al Baqarah”.

Kamis, 12 April 2012

KEUTAMAAN MENGHAFAL AL QUR'AN


Banyak hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghapal Al Quran, atau
membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari
sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas secara marfu`:
“Orang yang tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh
yang mau runtuh “4.
Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya, memberitahukan
kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan orang lain.
Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang
terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca
dan hapalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana
hapalan Al Quran-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah
SAW : “Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai fulan?” ia menjawab: aku
telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW kembali
bertanya: “Apakah engkau hapal surah Al Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah
SAW bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang
dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghapal surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.
Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Pelajarilah Al Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al
Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan
minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang
mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan Al Quran— adalah
seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik “5.
Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah SAW
mendahulukan orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya,
seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.
Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al Quran dari
kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya,
karena dengan hapalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara
sahabat itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang
terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:
Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang
itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku,
ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu:
bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari
setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “6.
Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran
saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan
sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran.
Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di
dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian
berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” 7.
Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan dari ALLOH, karena keduanya berjasa
mengarahkan anaknya untuk menghapal dan mempelajari Al Quran semenjak kecil. Dan
dalam hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak
mereka untuk menghapal Al Quran semenjak kecil.
Ibnu Mas`ud berkata:
“Rumah yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandung
sedikitpun bagian dari Kitab Allah SWT ”8.
Dan pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan
berkah.
Al Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata:
“ashghar al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling
hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.


4 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata: hadits ini hasan sahih.
5 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta
oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaan
2126), dan dalam sanadnya ada `Atha, Maula Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpercaya kecuali oleh Ibnu
Hibban.
6 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia
menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553).
7 Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilanya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan
disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (21872) dan Ad
Darimi dalam Sunannya (3257), penj.
8 Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Mas`ud secara Mauquf. Ia berkata: sebagian mereka
memarfu`kannya, demikian juga dikatakan oleh Adz Dzahabi (1/566).