Suatu ketika Rosululloh bersabda,"ALLOH mempunyai keluarga dari kalangan manusia."
Para Shahabat pada heran dan bertanya,"Siapa mereka ya Rosululloh?"
Nabi menjawab,"Ahlul Qur'an, mereka adalah keluarga ALLOH dan orang - orang dekat-Nya."
(Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasai dalam "Al Kubra" serta Ibnu Majah, Al Hakim. Lihat : Shahih Al Jami' Ash Shagir)
Rabu, 18 April 2012
Sahabat Penghafal Al Qur'an
Banyak terdapat hadits yang berbicara tentang keutamaan orang yang membaca dan menghafal Al Qur'an.
Seorang penghafal dinamakan "al qori'" sementara kalangan penghafal dinamakan "al qurra" dan kadang - kadang menghapal diungkapkan dengan kata "al jam'u"
Al Bukhori meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, aku bertanya kepada Anas bin Malik "Siapa yang menghafal Al Qur'an pada masa Rosululloh SAW? ia menjawab,"empat orang, seluruhnya dari kalangan Anshar yaitu Mu'adz, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid (salah satu paman Anas)"
Dalam riwayat yang lain dari Anas ia berkata,"Saat Rasululloh wafat, hanya ada empat orang yang hafal Al Qur'an yaitu Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid."
Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainnya dari dua segi :
1. Menggunakan redaksional Hashr (pembatasan) pada empat orang
2. Menyebut Abu Darda sebagai ganti Ubay bin Ka'b
Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hafal hanya empat orang, dan mereka menakwilkan bahwa perkataan seperti itu adalah dalam batas sepengetahuannya, karena para penghafal lebih banyak dari itu bilangannya, seperti telah diketahui dengan yakin.
Al Bukhari meriwayatkan dari Abdulloh bin Amru ia berkata,"Aku mendengar Rosululloh bersabda : pelajarilah Al Qur'an dari empat orang yaitu Abdulloh bin Mas'ud, Salim (maula Abi Huzaifah), Mu'adz dan Ubay bin Ka'b" dua yang pertama adalah dari kalangan muhajirin.
Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak menaikkan keberadaan yang lainnya yang hafal Al Qur'an pada saat itu.
Seorang penghafal dinamakan "al qori'" sementara kalangan penghafal dinamakan "al qurra" dan kadang - kadang menghapal diungkapkan dengan kata "al jam'u"
Al Bukhori meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, aku bertanya kepada Anas bin Malik "Siapa yang menghafal Al Qur'an pada masa Rosululloh SAW? ia menjawab,"empat orang, seluruhnya dari kalangan Anshar yaitu Mu'adz, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid (salah satu paman Anas)"
Dalam riwayat yang lain dari Anas ia berkata,"Saat Rasululloh wafat, hanya ada empat orang yang hafal Al Qur'an yaitu Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid."
Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainnya dari dua segi :
1. Menggunakan redaksional Hashr (pembatasan) pada empat orang
2. Menyebut Abu Darda sebagai ganti Ubay bin Ka'b
Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hafal hanya empat orang, dan mereka menakwilkan bahwa perkataan seperti itu adalah dalam batas sepengetahuannya, karena para penghafal lebih banyak dari itu bilangannya, seperti telah diketahui dengan yakin.
Al Bukhari meriwayatkan dari Abdulloh bin Amru ia berkata,"Aku mendengar Rosululloh bersabda : pelajarilah Al Qur'an dari empat orang yaitu Abdulloh bin Mas'ud, Salim (maula Abi Huzaifah), Mu'adz dan Ubay bin Ka'b" dua yang pertama adalah dari kalangan muhajirin.
Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak menaikkan keberadaan yang lainnya yang hafal Al Qur'an pada saat itu.
Banyak
sahabat yang
menghapal Al Quran seperti hapalan empat orang itu, atau lebih bagus. Dalam riwayat
yang sahih: dalam perang Bi`ru Ma`unah yang terbunuh dalam kejadian itu dari kalangan
sahabat adalah mereka yang dikenal dengan Al Qurra (para penghapal Al Quran)
dan bilangan mereka adalah: tujuh puluh orang.
Al
Qurthubi memberikan komentar atas perkataan Anas tadi: pada saat perang
Yamamah
(Perang melawan gerakan murtad) ada tujuh puluh qurra yang syahid, dan
pada
masa Nabi Saw di Bi`ru Ma`unah sejumlah yang sama juga mendapatkan mati
syahid.
Anas menyebutkan hanya empat orang itu adalah karena ia amat dekat dengan
keempatnya,
atau pada saat itu yang ia ingat adalah empat orang itu.
SementaAl
Hafzih Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa yang dimaksud oleh Anas itu
adalah
dari kalangan Khazraj, tidak termasuk suku Aus. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir
darinya ia berkata: Dua suku Aus dan Khazraj berbangga-bangga, Aus berkata: Di
antara
kami ada yang membuat Arsy bergetar, yaitu Sa`d bin Mu`adz, ada yang
persaksiannya
dihitung dua persaksian laki-laki, yaitu Khuzaimah bin Tsabit, dan yang
dimandikan
oleh Malaikat, yaitu Hanthalah bin Abi Amir, dan orang yang dijaga oleh
sekawanan
lebah, yaitu Ashim bin Abi Tsabit. Sementara suku Khajraz berkata: dari
kami
ada empat orang yang menghapal Al Quran dengan baik, tidak seperti orang lain
……dan
ia menyebutkan namanya.
Al
Hafizh as Suyuthi menyebutkan wanita yang menghapal Al Quran, yang
menurutnya
tidak ada orang lain yang menyebutnya, yaitu Ummu Waraqah binti Abdillah
bin
Al Harits. Dan Rasulullah SAW pernah menziarahinya, dan menamakannya dengan
syahidah,
Nabi Muhammad Saw memerintahkannya untuk mengimami keluarganya
dalam
shalat. Pada masa kekhalifahan Umar wanita itu terbunuh oleh hambanya. Umar
berkomentar:
Benarlah Rasulullah SAW, beliau pernah bersabda:
“Mari
kita berangkat menziarahi wanita syahidah“!.
Ibnu
Hajar berkata: yang tampak dari banyak hadits: bahwa Abu Bakar telah
menghapal
Al Quran pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadits sahih diriwayatkan ia
membangun
masjid di depan rumahnya, dan membaca Al Quran di sana, dan ia ditandu
saat
sakit menimpanya. Ia berkata: ini tidak diragukan lagi, karena kesungguhan Abu
Bakar
untuk menerima Al Quran langsung dari Nabi Saw, ditambah keseriusan hatinya
untuk
menerima Al Quran. Keduanya berada bersama di Mekkah, dan pergaulan
keduanya
amat lengket, sehingga Aisyah r.a. berkata: adalah Rasulullah SAW
mendatangi
mereka setiap pagi dan petang. Dalam hadits sahih Rasulullah SAW
bersabda:
“Yang
menjadi imam suatu kaum adalah orang yang paling pandai tentang Kitab Allah
“. Dan Rasulullah SAW mengedepankan Abu
Bakar r.a. untuk menjadi imam shalat
kalangan
muhajirin dan Anshar. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang
paling
menguasai dan menghapal Al Quran dibandingkan yang lain. As Suyuthi berkata:
Pendapat
ini telah dikemukakan oleh Ibnu Katsir sebelumnya.
Ia
berkata: Ibnu Abi Daud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Muhammad bin
Ka`b
al Qurazhi ia berkata: pada masa Rasulullah SAW ada lima orang Anshar yang
menghapal
Al Quran: yaitu Mu`adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Ubay bin Ka`b, Abu
Darda
dan Abu Ayyub al Anshari. Di sini ia menambahkan bilangan yang telah disebut
oleh
Anas, yaitu: Ubadah dan Abu Ayyub.
Abu
Ubaid menyebutkan dalam kitab “al Qiraat” para al Qurra dari kalangan
sahabat
Rasulullah SAW. Dari kalangan Muhajirin adalah: Khalifah yang empat,
Thalhah,
Sa`d, Ibnu Mas`ud, Huzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib,
Abadilah,
Aisyah, Hafshah dan Ummu Salmah. Sedangkan dari Anshar adalah: Ubadah
bin
Shamit, Mu`adz yang mempunyai nama panggilan Abu Halimah, Majma` bin Jariah,
Fadhalah
bin Ubaid, dan Muslimmah bin Mukhallad. Ia mengatakan bahwa sebagian dari
mereka
telah menyempurnakan hapalannya setelah Rasulullah SAW wafat.
As
Suyuthi berkata: Ibnu Abu Daud memasukkan juga: Tamim Ad Dari dan Uqbah
bin
`Amir. Ia berkata: Di antara orang yang menghapal juga adalah: Abu Musa al
Asy`ari,
seperti disebut oleh abu Amru ad Dani.
Tentunya
pada masa sahabat, jumlah penghapal Al Quran tidak sebanyak pada
masa
kita sekarang ini, karena mereka mempelajari Al Quran; ilmu dan amalnya
sekaligus.
Oleh
karena itu Umar berkata: Jika seseorang telah mempelajari surah Al Baqarah
dan
Ali Imran maka ia telah tampak terhormat di mata kami! Artinya ia menjadi orang
yang
mempunyai kehormatan dan kedudukan di mata kami.
Saat
Umar mengkhatamkan surah Al Baqarah, ia menyembelih unta sebagai
ucapan
syukur kepada Allah SWT atas nikmat itu. Dan kami sendiri, saat masih kecil,
jika
telah menghatamkan surah Al Baqarah kami membuat acara, dan kami namakan itu
sebagai:
Al Khatmaah ash Shughra (khataman kecil). Sedangkan Al Khatmah al Kubra
(khataman
besar) adalah dengan menyempurnakan menghapal Al Quran seluruhnya.
Ini
tidak aneh, karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW:
“Jangan
jadikan rumah-rumah kalian menjadi kuburan, karena rumah yang tidak
dibacakan
surah Al Baqarah di dalamnya, tidak dimasuki oleh syaitan “.
Dari
Abi Umamah al Bahili: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah
surah Al Baqarah, karena membacanya membawa berkah, dan
meninggalkannya
adalah kerugian, dan orang yang membacanya tidak dapat disihir (teluh
atau
santet)” .
Artinya: para penyihir, tidak dapat mencapai sasarannya.
Ibnu
Mas`ud berkata: “Al Quran ini adalah hidangan Allah SWT, maka
barangsiapa
yang dapat mempelajari sesuatu dari Al Quran hendaknya ia
mempelajarinya.
Karena rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang didalamnya
tidak ada sedikitpun kitab Allah SWT. Rumah yang tidak ada sesuatupun di
dalamnya
dari kitab Allah, adalah seperti rumah kosong yang tidak berpenghuni. Dan
syaitan
akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqarah.
Ibnu
Masu`d berkata pula: “ Segala sesuatu mempunyai puncak, dan puncak Al
Quran
adalah: Surah al Baqarah”.
Kamis, 12 April 2012
KEUTAMAAN MENGHAFAL AL QUR'AN
Banyak
hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghapal Al Quran, atau
membacanya
di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari
sesuatu
bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas
secara marfu`:
“Orang
yang tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh
yang
mau runtuh “4.
Dan
Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai
keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya, memberitahukan
kedudukan
mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan orang lain.
Dari
Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang
terdiri
dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca
dan
hapalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana
hapalan
Al Quran-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah
SAW
: “Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai fulan?” ia menjawab: aku
telah
hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW kembali
bertanya:
“Apakah engkau hapal surah Al Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah
SAW
bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang
dari
kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghapal
surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.
Mendengar
komentar itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Pelajarilah
Al Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al
Quran
dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan
minyak
misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang
mempelajarinya
kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan Al Quran— adalah
seperti
tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik “5.
Jika
tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah SAW
mendahulukan
orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya,
seperti
terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.
Rasulullah
SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al Quran dari
kalangan
sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya,
karena
dengan hapalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara
sahabat
itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang
terkenal
dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.
Dari
Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Penghapal
Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:
Wahai
Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan),
Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang
itu
dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku,
ridhailah
dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu:
bacalah
dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari
setiap
ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “6.
Balasan
Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran
saja,
namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan
sebagian
cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran.
Dari
Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa
yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka
dipakaikan
mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua
orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di
dunia,
keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian
berdua
memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” 7.
Kedua
orang itu mendapatkan kemuliaan dari ALLOH, karena keduanya berjasa
mengarahkan
anaknya untuk menghapal dan mempelajari Al Quran semenjak kecil. Dan
dalam
hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak
mereka
untuk menghapal Al Quran semenjak kecil.
Ibnu
Mas`ud berkata:
“Rumah
yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandung
sedikitpun
bagian dari Kitab Allah SWT ”8.
Dan
pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan
berkah.
Al
Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata:
“ashghar
al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling
hina
kedudukannya, dan paling rendah nilainya.
4
Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari
Ibnu Abbas (2914), ia berkata: hadits ini hasan sahih.
5
Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia
menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta
oleh
Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam
sahihnya (Al Ihsaan
2126),
dan dalam sanadnya ada `Atha, Maula Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpercaya
kecuali oleh Ibnu
Hibban.
6
Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia
menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia
menilainya
hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553).
7
Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan
ia menilanya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan
disetujui
oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya
(21872) dan Ad
Darimi
dalam Sunannya (3257), penj.
8
Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu
Mas`ud secara Mauquf. Ia berkata: sebagian mereka
memarfu`kannya,
demikian juga dikatakan oleh Adz Dzahabi (1/566).
Rabu, 11 April 2012
MENGHAFAL AL QURAN
Di
antara karakteristik Al Quran adalah: ia merupakan Kitab Suci yang dimudahkan
untuk
dihapal dan diulang-ulang, dan ia juga dimudahkan untuk diingat dan fahami.
ولقد يسرنا القرءان للذكر فهل من مدكر
“dan Sesungguhnya
telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil
pelajaran? (Al Qamar:17), dan ayat lainnya.
Karena
dalam lafazh-lafazh Al Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya
mengandung
keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah untuk dihapal bagi
orang
yang ingin menghapalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya
sebagai
tempat Al Quran.
Dari
sini, kita mendapati ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang
menghapal
Al Quran, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum
menginjak
usia baligh. Dalam usia yang masih kanak-anak itu, mereka tidak mengetahui
nilai
kitab suci, juga apakah ia suci atau tidak, namun tetap saja Al Quran dihapal
oleh
bilangan
orang yang banyak itu.
Jika
Anda meneliti perhatian orang-orang Kristen terhadap Kitab Suci mereka, kita
akan
mendapatkan tidak seorangpun yang hapal isinya, tidak setengahnya, atau
seperempatnya,
dari kalangan orang-orang yang beriman dengan kitab itu, hingga para
rahib,
pendeta, uskup dan kardinal sekalipun tidak hapal kitab suci mereka.
Sementara
dengan Al Quran, kita mendapatkan banyak non-Arab yang hapalannya
amat
bagus: seperti saudara-saudara kita dari Indonesia, India, Pakistan,
Bangladesh, Afghanistan,
Turki,
Senegal dan Muslim Asia-Afrika lainnya, padahal mereka tidak memahami bahasa
Arab.
Kami pernah menguji mereka dalam musabaqah-musabaqah menghapal Al Quran
di
negeri Qathar, dan aku dapati salah seorang mereka ada yang menghapal demikian
bagusnya
sehingga seperti sebuah kaset rekaman Al Quran, yang tidak melupakan satu
huruf-pun
dari Al Quran, atau satu kata darinya, namun demikian, saat kami tanya dia
(dengan
bahasa Arab): siapa nama Anda? Ia tidak dapat menjawab! Karena ia tidak
memahami
bahasa Arab.
Ini
semua adalah perwujudan dari firman Allah SWT:
إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحفظون
“Sesungguhnya
Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar
memeliharanya”[793]. (Al Hijr: 9).
[793]
Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran
selama-lamanya.
Allah
SWT telah menjamin pemeliharaan Al Quran ini dengan ungkapan yang tegas itu1,
dan
diantara perangkat untuk memeliharanya adalah: menyiapkan orang yang
menghapalnya,
dari satu generasi ke generasi lainnya.
Kami
telah menghapal Al Quran dengan baik saat belum lagi menginjak usia
sepuluh
tahun, dan mungkin kami dapat menghapalnya pada usia yang lebih muda lagi.
Kami
dapati di Bangladesh seorang anak-anak yang telah hapal Al Quran saat ia
berusia
sembilan tahun. Saat kami mencoba hapalannya, kami dapati hapalannya amat
bagus.
Kami
mendapati di Mesir anak yang telah hapal Al Quran saat ia berusia tujuh
tahun,
seperti kami saksikan dalam musabaqah tahfizh Al Quran. Dan salah seorang2
darinya
datang ke Qathar, dan kemudian diterima dengan hormat oleh menteri
Pendidikan
Qathar beberapa tahun yang lalu. Dan kami melihat seorang anak pada usia
yang
sama telah menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, dari sebuah
kampung
dekat kampung asalku di Mesir, yaitu Sajin al Kaum[3 ].
Kami
temukan sebagian pendidik kontemporer yang mengkritik kegiatan
menghapal
Al Quran pada saat kanak-kanak, karena ia menghapalnya tanpa pemahaman,
dan
manusia tidak seharusnya menghapal apa yang tidak ia fahami.
Namun
kaidah ini tidak boleh diaplikasikan bagi Al Quran, karena tidak mengapa
seorang
anak menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak untuk kemudian
memahaminya
pada saat dewasa. Karena menghapal pada saat kanak-kanak seperti
memahat
di atas batu, seperti dikatakan seoarang bijaksana pada masa lalu. Dan saat ada
yang
mengatakan: orang yang dewasa lebih matang akalnya! Ada yang menjawab:
namun
ia lebih banyak kesibukannya!
Kami
telah menghapal Al Quran dan menyimpannya dalam hati semenjak masa
kanak-kanak
itu, kemudian Allah SWT memberikan manfaat kepada kami saat dewasa.
Di
antara keistimewaan Al Quran adalah: ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan
untuk dihapal, seperti kami telah jelaskan dalam karakteristik - karakteristiknya.
Oleh
karena ia dipahami –secara global—oleh yang kecil dan yang
besar,
yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan, dan setiap orang
mengambil
pemahaman darinya sesuai dengan kemampuannya.
Kami
perlu sebut di sini –saat kami belajar di al Kuttab (madrasah penghapal Al
Quran)—
kami pernah membaca kisah-kisah Al Quran dan nasehat-nasehatnya, dan kami
mengetahui
ibrah umum dari kisah-kisah itu, meskipun kami tidak mencapai makna - makna
yang
dalam yang terkandung dalam redaksi Al Quran, hukum-hukumnya dan
semacamnya.
Kejadian
yang lain adalah saat kami mengulang hapalan surah Ash Shaaffaat
kepada
syeikh Kuttab kami yaitu Syaikh Hamid. Dalam surah itu terdapat banyak kisah
para
Rasul, dan di antaranya adalah kisah Nabi Luth a.s. dan kaumnya yang
dihancurkan
oleh
Allah SWT dan dibinasakan dengan azab-Nya. Tentang mereka Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya
Luth benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami selamatkan
dia
dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua, kecuali seorang perempuan tua
(isterinya
yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. Kemudian Kami binasakan
orang-orang
yang lain. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan
melalui
(bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu
tidak
memikirkan?.” ( Ash Shaaffaat: 133-138).
Kami
membaca dua ayat yang terakhir itu seperti ini:
“
َنيِحِبْصُم ْمِهْيَلَع َنو.رُمَتَل ْمُك.نِإَو ) 137 ( ِلْي.للاِبَو “.
Dengan
menyambung kata “ِلْي.للاِبَو َنيِحِبْصُم “, dan tidak
berhenti pada ujung ayat,
kemudian
kami membaca: “َنوُلِقْعَت اَلَفَأ “. Mendengar itu,
Syeikh Hamid berkomentar:
Allah
yaftah `alaik! (Allah membuka pemahaman engkau!) Syeikh itu mengetahui kami
telah
memahami makna ayat itu: “
Kami
dapati sebagian saudara kita yang beragama Kristen yang dengan serius
berusha
menghapal Al Quran atau banyak juz dari Al Quran, dan agar anak-anaknya juga
menghapalnya
pada usia kanak-kanak mereka. Seperti diceritakan sendiri oleh Dr.
Nazhmi
Lukas, seorang sastrawan Koptik Mesir, tentang dirinya, dalam pembukaan
bukunya
yang terkenal “Muhammad: Risalah dan Rasul”. Ia menceritakan bagaimana
bapaknya
mengirimnya kepada salah seorang syaikh yang buta dan amat baik hapalannya
di
kota Suez, kemudian bapaknya meminta syeikh itu untuk mengajarkan anaknya
menghapal
Al Quran, dan dasar-dasarnya. Dan iapun melaksanakannya.
Pemimpin
politik Koptik Mesir yang terkenal Makram Ubeid menghapal Al Quran
dalam
jumlah banyak, dan ia dengan lincah mengutip dari Al Quran dalam pidato - pidatonya,
dalam
artikel-artikelnya, dalam pembelaannya di persidangan, dan kata-kata
Al
Quran yang ia gunakan itu memberikan keindahan dalam ucapan-ucapannya, dan
memberika
kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh sumber lainnya selain Al Quran.
Diantara
manfaat menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak adalah: meluruskan
lidah,
membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai dengan makhraj
hurufnya,
dan tidak mengalami seperti dialami oleh orang awam dan sayangnya sebagian
pendidik,
yang kurang fasih dalam membaca huruf jim, dan tidak mengeluarkan lidah
saat
membaca huruf tsa, dzal, zha dan lainnya, tidak menebalkan huruf-huruf izh-har
yang
terkenal dalam kha, shad, dhadh, tha, zha, ghain, dan qaf, kapan harus
menebalkan
huruf
raa dan kapan menipiskannya, juga seperti huruf lam dalam kata Allah,
kaditebalkan,
dan kapan ditipiskan. Dan semacamnya dari bermacam-macam hal yang
biasa
kita lakukan, sehingga membuat lidah kami lembut dari semenjak kanak-kanak,
akibat
menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, sehingga akhirnya itu menjadi
tabi`at
kami yang keduaز
source :
Syaikh Yusuf Qardhawi
1
Penegasan itu tampak dalam penggunaan
jumlah ismiyyah (redaksional dengan kata benda) dan dalam
kata
“inna” serta lam dalam khabar “lahaafizhuun”.
2
Yaitu siswa Badri Abu Zaid dari
propinsi Asyuth.
3
Beberapa tahun yang lalu ada seorang
anak dari Iran –yang baru berumur tujuh tahun— yang menjadi
fenomena
dalam menghapal Al Quran al Karim. Yaitu As Sayyid Muhammad Husain Ath Thabatabai.
Ia
telah
mengunjungi Qathar pada bulan Muharram tahun 1419 H (Mei 1998 M). Ia
menampilkan hapalannya
dan
pemahamannya terhadap Al Quran dengan mencengangkan semua orang. Ia telah
mengunjungiku
bersama
orang tuanya disertai duta besar Iran di Doha, aku kemudian menguji hapalan dan
pemahamannya,
ternyata memang betul mengagumkan.
Langganan:
Postingan (Atom)