Rabu, 18 April 2012

Keluarga ALLOH

Suatu ketika Rosululloh bersabda,"ALLOH mempunyai keluarga dari kalangan manusia."
Para Shahabat pada heran dan bertanya,"Siapa mereka ya Rosululloh?"
Nabi menjawab,"Ahlul Qur'an, mereka adalah keluarga ALLOH dan orang - orang dekat-Nya."
(Hadits diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasai dalam "Al Kubra" serta Ibnu Majah, Al Hakim. Lihat : Shahih Al Jami' Ash Shagir)

Sahabat Penghafal Al Qur'an

Banyak terdapat hadits yang berbicara tentang keutamaan orang yang membaca dan menghafal Al Qur'an.
Seorang penghafal dinamakan "al qori'" sementara kalangan penghafal dinamakan "al qurra" dan kadang - kadang menghapal diungkapkan dengan kata "al jam'u"
Al Bukhori meriwayatkan dari Qatadah, ia berkata, aku bertanya kepada Anas bin Malik "Siapa yang menghafal Al Qur'an pada masa Rosululloh SAW? ia menjawab,"empat orang, seluruhnya dari kalangan Anshar yaitu Mu'adz, Ubay bin Ka'b, Zaid bin Tsabit, dan Abu Zaid (salah satu paman Anas)"
Dalam riwayat yang lain dari Anas ia berkata,"Saat Rasululloh wafat, hanya ada empat orang yang hafal Al Qur'an yaitu Abu Darda, Mu'adz bin Jabal, Zaid bin Tsabit dan Abu Zaid."
Riwayat ini bertentangan dengan riwayat lainnya dari dua segi :
1. Menggunakan redaksional Hashr (pembatasan) pada empat orang
2. Menyebut Abu Darda sebagai ganti Ubay bin Ka'b

Beberapa imam menolak pembatasan sahabat yang hafal hanya empat orang, dan mereka menakwilkan bahwa perkataan seperti itu adalah dalam batas sepengetahuannya, karena para penghafal lebih banyak dari itu bilangannya, seperti telah diketahui dengan yakin.
Al Bukhari meriwayatkan dari Abdulloh bin Amru ia berkata,"Aku mendengar Rosululloh bersabda : pelajarilah Al Qur'an dari empat orang yaitu Abdulloh bin Mas'ud, Salim (maula Abi Huzaifah), Mu'adz dan Ubay bin Ka'b" dua yang pertama adalah dari kalangan muhajirin.
Hadits yang mengakui keutamaan empat orang dari kalangan Anshar itu tidak menaikkan keberadaan yang lainnya yang hafal Al Qur'an pada saat itu.
Banyak sahabat yang menghapal Al Quran seperti hapalan empat orang itu, atau lebih bagus. Dalam riwayat yang sahih: dalam perang Bi`ru Ma`unah yang terbunuh dalam kejadian itu dari kalangan sahabat adalah  mereka yang dikenal dengan Al Qurra (para penghapal Al Quran) dan bilangan mereka adalah: tujuh puluh orang.
Al Qurthubi memberikan komentar atas perkataan Anas tadi: pada saat perang
Yamamah (Perang melawan gerakan murtad) ada tujuh puluh qurra yang syahid, dan
pada masa Nabi Saw di Bi`ru Ma`unah sejumlah yang sama juga mendapatkan mati
syahid. Anas menyebutkan hanya empat orang itu adalah karena ia amat dekat dengan
keempatnya, atau pada saat itu yang ia ingat adalah empat orang itu.
SementaAl Hafzih Ibnu Hajar menjelaskan, bahwa yang dimaksud oleh Anas itu
adalah dari kalangan Khazraj, tidak termasuk suku Aus. Seperti diriwayatkan oleh Ibnu
Jarir darinya ia berkata: Dua suku Aus dan Khazraj berbangga-bangga, Aus berkata: Di
antara kami ada yang membuat Arsy bergetar, yaitu Sa`d bin Mu`adz, ada yang
persaksiannya dihitung dua persaksian laki-laki, yaitu Khuzaimah bin Tsabit, dan yang
dimandikan oleh Malaikat, yaitu Hanthalah bin Abi Amir, dan orang yang dijaga oleh
sekawanan lebah, yaitu Ashim bin Abi Tsabit. Sementara suku Khajraz berkata: dari
kami ada empat orang yang menghapal Al Quran dengan baik, tidak seperti orang lain
……dan ia menyebutkan namanya.
Al Hafizh as Suyuthi menyebutkan wanita yang menghapal Al Quran, yang
menurutnya tidak ada orang lain yang menyebutnya, yaitu Ummu Waraqah binti Abdillah
bin Al Harits. Dan Rasulullah SAW pernah menziarahinya, dan menamakannya dengan
syahidah, Nabi Muhammad Saw memerintahkannya untuk mengimami keluarganya
dalam shalat. Pada masa kekhalifahan Umar wanita itu terbunuh oleh hambanya. Umar
berkomentar: Benarlah Rasulullah SAW, beliau pernah bersabda:
“Mari kita berangkat menziarahi wanita syahidah“!.
Ibnu Hajar berkata: yang tampak dari banyak hadits: bahwa Abu Bakar telah
menghapal Al Quran pada masa Rasulullah SAW. Dalam hadits sahih diriwayatkan ia
membangun masjid di depan rumahnya, dan membaca Al Quran di sana, dan ia ditandu
saat sakit menimpanya. Ia berkata: ini tidak diragukan lagi, karena kesungguhan Abu
Bakar untuk menerima Al Quran langsung dari Nabi Saw, ditambah keseriusan hatinya
untuk menerima Al Quran. Keduanya berada bersama di Mekkah, dan pergaulan
keduanya amat lengket, sehingga Aisyah r.a. berkata: adalah Rasulullah SAW
mendatangi mereka setiap pagi dan petang. Dalam hadits sahih Rasulullah SAW
bersabda:
“Yang menjadi imam suatu kaum adalah orang yang paling pandai tentang Kitab Allah
. Dan Rasulullah SAW mengedepankan Abu Bakar r.a. untuk menjadi imam shalat
kalangan muhajirin dan Anshar. Ini menunjukkan bahwa Abu Bakar adalah orang yang
paling menguasai dan menghapal Al Quran dibandingkan yang lain. As Suyuthi berkata:
Pendapat ini telah dikemukakan oleh Ibnu Katsir sebelumnya.
Ia berkata: Ibnu Abi Daud meriwayatkan dengan sanad hasan dari Muhammad bin
Ka`b al Qurazhi ia berkata: pada masa Rasulullah SAW ada lima orang Anshar yang
menghapal Al Quran: yaitu Mu`adz bin Jabal, Ubadah bin Shamit, Ubay bin Ka`b, Abu
Darda dan Abu Ayyub al Anshari. Di sini ia menambahkan bilangan yang telah disebut
oleh Anas, yaitu: Ubadah dan Abu Ayyub.
Abu Ubaid menyebutkan dalam kitab “al Qiraat” para al Qurra dari kalangan
sahabat Rasulullah SAW. Dari kalangan Muhajirin adalah: Khalifah yang empat,
Thalhah, Sa`d, Ibnu Mas`ud, Huzaifah, Salim, Abu Hurairah, Abdullah bin Saib,
Abadilah, Aisyah, Hafshah dan Ummu Salmah. Sedangkan dari Anshar adalah: Ubadah
bin Shamit, Mu`adz yang mempunyai nama panggilan Abu Halimah, Majma` bin Jariah,
Fadhalah bin Ubaid, dan Muslimmah bin Mukhallad. Ia mengatakan bahwa sebagian dari
mereka telah menyempurnakan hapalannya setelah Rasulullah SAW wafat.
As Suyuthi berkata: Ibnu Abu Daud memasukkan juga: Tamim Ad Dari dan Uqbah
bin `Amir. Ia berkata: Di antara orang yang menghapal juga adalah: Abu Musa al
Asy`ari, seperti disebut oleh abu Amru ad Dani.
Tentunya pada masa sahabat, jumlah penghapal Al Quran tidak sebanyak pada
masa kita sekarang ini, karena mereka mempelajari Al Quran; ilmu dan amalnya
sekaligus.
Oleh karena itu Umar berkata: Jika seseorang telah mempelajari surah Al Baqarah
dan Ali Imran maka ia telah tampak terhormat di mata kami! Artinya ia menjadi orang
yang mempunyai kehormatan dan kedudukan di mata kami.
Saat Umar mengkhatamkan surah Al Baqarah, ia menyembelih unta sebagai
ucapan syukur kepada Allah SWT atas nikmat itu. Dan kami sendiri, saat masih kecil,
jika telah menghatamkan surah Al Baqarah kami membuat acara, dan kami namakan itu
sebagai: Al Khatmaah ash Shughra (khataman kecil). Sedangkan Al Khatmah al Kubra
(khataman besar) adalah dengan menyempurnakan menghapal Al Quran seluruhnya.
Ini tidak aneh, karena Abu Hurairah meriwayatkan dari Rasulullah SAW:
“Jangan jadikan rumah-rumah kalian menjadi kuburan, karena rumah yang tidak
dibacakan surah Al Baqarah di dalamnya, tidak dimasuki oleh syaitan “.
Dari Abi Umamah al Bahili: aku mendengar Rasulullah SAW bersabda:
“Bacalah surah Al Baqarah, karena membacanya membawa berkah, dan
meninggalkannya adalah kerugian, dan orang yang membacanya tidak dapat disihir (teluh
atau santet)” . Artinya: para penyihir, tidak dapat mencapai sasarannya.
Ibnu Mas`ud berkata: “Al Quran ini adalah hidangan Allah SWT, maka
barangsiapa yang dapat mempelajari sesuatu dari Al Quran hendaknya ia
mempelajarinya. Karena rumah yang paling kosong dari kebaikan adalah rumah yang didalamnya tidak ada sedikitpun kitab Allah SWT. Rumah yang tidak ada sesuatupun di
dalamnya dari kitab Allah, adalah seperti rumah kosong yang tidak berpenghuni. Dan
syaitan akan keluar dari rumah yang di dalamnya dibaca surah Al Baqarah.
Ibnu Masu`d berkata pula: “ Segala sesuatu mempunyai puncak, dan puncak Al
Quran adalah: Surah al Baqarah”.

Kamis, 12 April 2012

KEUTAMAAN MENGHAFAL AL QUR'AN


Banyak hadits Rasulullah SAW yang mendorong untuk menghapal Al Quran, atau
membacanya di luar kepala, sehingga hati seorang individu Muslim tidak kosong dari
sesuatu bagian dari kitab Allah SWT. Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu
Abbas secara marfu`:
“Orang yang tidak mempunyai hapalan Al Quran sedikitpun adalah seperti rumah kumuh
yang mau runtuh “4.
Dan Rasulullah SAW memberikan penghormatan kepada orang-orang yang
mempunyai keahlian dalam membaca Al Quran dan menghapalnya, memberitahukan
kedudukan mereka, serta mengedepankan mereka dibandingkan orang lain.
Dari Abi Hurarirah r.a. ia berkata: Rasulullah SAW mengutus satu utusan yang
terdiri dari beberapa orang. Kemudian Rasulullah SAW mengecek kemampuan membaca
dan hapalan Al Quran mereka: setiap laki-laki dari mereka ditanyakan sejauh mana
hapalan Al Quran-nya. Kemudian seseorang yang paling muda ditanya oleh Rasulullah
SAW : “Berapa banyak Al Quran yang telah engkau hapal, hai fulan?” ia menjawab: aku
telah hapal surah ini dan surah ini, serta surah Al Baqarah. Rasulullah SAW kembali
bertanya: “Apakah engkau hapal surah Al Baqarah?” Ia menjawab: Betul. Rasulullah
SAW bersabda: “Pergilah, dan engkau menjadi ketua rombongan itu!”. Salah seorang
dari kalangan mereka yang terhormat berkata: Demi Allah, aku tidak mempelajari dan
menghapal surah Al Baqarah semata karena aku takut tidak dapat menjalankan isinya.
Mendengar komentar itu, Rasulullah SAW bersabda:
“Pelajarilah Al Quran dan bacalah, karena perumpamaan orang yang mempelajari Al
Quran dan membacanya, adalah seperti tempat bekal perjalanan yang diisi dengan
minyak misik, wanginya menyebar ke mana-mana. Sementara orang yang
mempelajarinya kemudia ia tidur –dan dalam dirinya terdapat hapalan Al Quran— adalah
seperti tempat bekal perjalanan yang disambungkan dengan minyak misik “5.
Jika tadi kedudukan pada saat hidup, maka saat mati-pun, Rasulullah SAW
mendahulukan orang yang menghapal lebih banyak dari yang lainnya dalam kuburnya,
seperti terjadi dalam mengurus syuhada perang Uhud.
Rasulullah SAW mengutus kepada kabilah-kabilah para penghapal Al Quran dari
kalangan sahabat beliau, untuk mengajarkan mereka faridhah Islam dan akhlaknya,
karena dengan hapalan mereka itu, mereka lebih mampu menjalankan tugas itu. Di antara
sahabat itu adalah: tujuh puluh orang yang syahid dalam kejadian Bi`ru Ma`unah yang
terkenal dalam sejarah. Mereka telah dikhianati oleh orang-orang musyrik.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Penghapal Al Quran akan datang pada hari kiamat, kemudian Al Quran akan berkata:
Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia, kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah
(kehormatan), Al Quran kembali meminta: Wahai Tuhanku tambahkanlah, maka orang
itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Al Quran memohon lagi: Wahai Tuhanku,
ridhailah dia, maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu:
bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga), dan Allah SWT menambahkan dari
setiap ayat yang dibacanya tambahan ni`mat dan kebaikan “6.
Balasan Allah SWT di akhirat tidak hanya bagi para penghapal dan ahli Al Quran
saja, namun cahayanya juga menyentuh kedua orang tuanya, dan ia dapat memberikan
sebagian cahaya itu kepadanya dengan berkah Al Quran.
Dari Buraidah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:
“Siapa yang membaca Al Quran, mempelajarinya dan mengamalkannya, maka
dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari Kiamat, cahayanya seperti cahaya matahari,
kedua orang tuanya dipakaikan dua jubah (kemuliaan), yang tidak pernah didapatkan di
dunia, keduanya bertanya: mengapa kami dipakaikan jubah ini: dijawab: “karena kalian
berdua memerintahkan anak kalian untuk mempelajari Al Quran” 7.
Kedua orang itu mendapatkan kemuliaan dari ALLOH, karena keduanya berjasa
mengarahkan anaknya untuk menghapal dan mempelajari Al Quran semenjak kecil. Dan
dalam hadits terdapat dorongan bagi para bapak dan ibu untuk mengarahkan anak-anak
mereka untuk menghapal Al Quran semenjak kecil.
Ibnu Mas`ud berkata:
“Rumah yang paling kosong dan lengang adalah rumah yang tidak mengandung
sedikitpun bagian dari Kitab Allah SWT ”8.
Dan pengertian kata “ashfaruha” adalah: yang paling kosong dari kebaikan dan
berkah.
Al Munziri meriwayatkan dalam kitab At Targhib wa At Tarhib dengan kata:
“ashghar al buyut” dengan ghain bukan fa. Dan maknanya adalah: rumah yang paling
hina kedudukannya, dan paling rendah nilainya.


4 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibnu Abbas (2914), ia berkata: hadits ini hasan sahih.
5 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2879), dan lafazh itu darinya. Serta
oleh Ibnu Majah secara ringkas (217), Ibnu Khuzaimah (1509), Ibnu Hibban dalam sahihnya (Al Ihsaan
2126), dan dalam sanadnya ada `Atha, Maula Abi Ahmad, yang tidak dinilai terpercaya kecuali oleh Ibnu
Hibban.
6 Hadits diriwayatkan oleh Tirmizi dan ia menilainya hadits hasan (2916), Ibnu Khuzaimah, al hakim, ia
menilainya hadits sahih, serta disetujui oleh Adz Dzahabi (1/553).
7 Hadits diriwayatkan oleh Al Hakim dan ia menilanya sahih berdasarkan syarat Muslim (1/568), dan
disetujui oleh Adz Dzahabi. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnadnya (21872) dan Ad
Darimi dalam Sunannya (3257), penj.
8 Diriwayatkan oleh Al Hakim dari Ibnu Mas`ud secara Mauquf. Ia berkata: sebagian mereka
memarfu`kannya, demikian juga dikatakan oleh Adz Dzahabi (1/566).

Rabu, 11 April 2012

MENGHAFAL AL QURAN


Di antara karakteristik Al Quran adalah: ia merupakan Kitab Suci yang dimudahkan
untuk dihapal dan diulang-ulang, dan ia juga dimudahkan untuk diingat dan fahami.


ولقد يسرنا القرءان للذكر فهل من مدكر 
“dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al Qamar:17), dan ayat lainnya.
Karena dalam lafazh-lafazh Al Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya
mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah untuk dihapal bagi
orang yang ingin menghapalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya
sebagai tempat Al Quran.
Dari sini, kita mendapati ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang
menghapal Al Quran, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum
menginjak usia baligh. Dalam usia yang masih kanak-anak itu, mereka tidak mengetahui
nilai kitab suci, juga apakah ia suci atau tidak, namun tetap saja Al Quran dihapal oleh
bilangan orang yang banyak itu.
Jika Anda meneliti perhatian orang-orang Kristen terhadap Kitab Suci mereka, kita
akan mendapatkan tidak seorangpun yang hapal isinya, tidak setengahnya, atau
seperempatnya, dari kalangan orang-orang yang beriman dengan kitab itu, hingga para
rahib, pendeta, uskup dan kardinal sekalipun tidak hapal kitab suci mereka.
Sementara dengan Al Quran, kita mendapatkan banyak non-Arab yang hapalannya
amat bagus: seperti saudara-saudara kita dari Indonesia, India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan,
Turki, Senegal dan Muslim Asia-Afrika lainnya, padahal mereka tidak memahami bahasa
Arab. Kami pernah menguji mereka dalam musabaqah-musabaqah menghapal Al Quran
di negeri Qathar, dan aku dapati salah seorang mereka ada yang menghapal demikian
bagusnya sehingga seperti sebuah kaset rekaman Al Quran, yang tidak melupakan satu
huruf-pun dari Al Quran, atau satu kata darinya, namun demikian, saat kami tanya dia
(dengan bahasa Arab): siapa nama Anda? Ia tidak dapat menjawab! Karena ia tidak
memahami bahasa Arab.
Ini semua adalah perwujudan dari firman Allah SWT:

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحفظون

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”[793]. (Al Hijr: 9).

[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.


Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al Quran ini dengan ungkapan yang tegas itu1,
dan diantara perangkat untuk memeliharanya adalah: menyiapkan orang yang
menghapalnya, dari satu generasi ke generasi lainnya.
Kami telah menghapal Al Quran dengan baik saat belum lagi menginjak usia
sepuluh tahun, dan mungkin kami dapat menghapalnya pada usia yang lebih muda lagi.
Kami dapati di Bangladesh seorang anak-anak yang telah hapal Al Quran saat ia
berusia sembilan tahun. Saat kami mencoba hapalannya, kami dapati hapalannya amat
bagus.
Kami mendapati di Mesir anak yang telah hapal Al Quran saat ia berusia tujuh
tahun, seperti kami saksikan dalam musabaqah tahfizh Al Quran. Dan salah seorang2
darinya datang ke Qathar, dan kemudian diterima dengan hormat oleh menteri
Pendidikan Qathar beberapa tahun yang lalu. Dan kami melihat seorang anak pada usia
yang sama telah menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, dari sebuah
kampung dekat kampung asalku di Mesir, yaitu Sajin al Kaum[3 ].
Kami temukan sebagian pendidik kontemporer yang mengkritik kegiatan
menghapal Al Quran pada saat kanak-kanak, karena ia menghapalnya tanpa pemahaman,
dan manusia tidak seharusnya menghapal apa yang tidak ia fahami.
Namun kaidah ini tidak boleh diaplikasikan bagi Al Quran, karena tidak mengapa
seorang anak menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak untuk kemudian
memahaminya pada saat dewasa. Karena menghapal pada saat kanak-kanak seperti
memahat di atas batu, seperti dikatakan seoarang bijaksana pada masa lalu. Dan saat ada
yang mengatakan: orang yang dewasa lebih matang akalnya! Ada yang menjawab:
namun ia lebih banyak kesibukannya!
Kami telah menghapal Al Quran dan menyimpannya dalam hati semenjak masa
kanak-kanak itu, kemudian Allah SWT memberikan manfaat kepada kami saat dewasa.
Di antara keistimewaan Al Quran adalah: ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk dihapal, seperti kami telah jelaskan dalam karakteristik - karakteristiknya.
Oleh karena ia dipahami –secara global—oleh yang kecil dan yang
besar, yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan, dan setiap orang
mengambil pemahaman darinya sesuai dengan kemampuannya.
Kami perlu sebut di sini –saat kami belajar di al Kuttab (madrasah penghapal Al
Quran)— kami pernah membaca kisah-kisah Al Quran dan nasehat-nasehatnya, dan kami
mengetahui ibrah umum dari kisah-kisah itu, meskipun kami tidak mencapai makna - makna
yang dalam yang terkandung dalam redaksi Al Quran, hukum-hukumnya dan
semacamnya.
Kejadian yang lain adalah saat kami mengulang hapalan surah Ash Shaaffaat
kepada syeikh Kuttab kami yaitu Syaikh Hamid. Dalam surah itu terdapat banyak kisah
para Rasul, dan di antaranya adalah kisah Nabi Luth a.s. dan kaumnya yang dihancurkan
oleh Allah SWT dan dibinasakan dengan azab-Nya. Tentang mereka Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami selamatkan
dia dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua, kecuali seorang perempuan tua
(isterinya yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. Kemudian Kami binasakan
orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan
melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu
tidak memikirkan?.” ( Ash Shaaffaat: 133-138).
Kami membaca dua ayat yang terakhir itu seperti ini:
َنيِحِبْصُم ْمِهْيَلَع َنو.رُمَتَل ْمُك.نِإَو ) 137 ( ِلْي.للاِبَو “.

Dengan menyambung kata “ِلْي.للاِبَو َنيِحِبْصُم “, dan tidak berhenti pada ujung ayat,
kemudian kami membaca: “َنوُلِقْعَت اَلَفَأ “. Mendengar itu, Syeikh Hamid berkomentar:
Allah yaftah `alaik! (Allah membuka pemahaman engkau!) Syeikh itu mengetahui kami
telah memahami makna ayat itu: “
Kami dapati sebagian saudara kita yang beragama Kristen yang dengan serius
berusha menghapal Al Quran atau banyak juz dari Al Quran, dan agar anak-anaknya juga
menghapalnya pada usia kanak-kanak mereka. Seperti diceritakan sendiri oleh Dr.
Nazhmi Lukas, seorang sastrawan Koptik Mesir, tentang dirinya, dalam pembukaan
bukunya yang terkenal “Muhammad: Risalah dan Rasul”. Ia menceritakan bagaimana
bapaknya mengirimnya kepada salah seorang syaikh yang buta dan amat baik hapalannya
di kota Suez, kemudian bapaknya meminta syeikh itu untuk mengajarkan anaknya
menghapal Al Quran, dan dasar-dasarnya. Dan iapun melaksanakannya.
Pemimpin politik Koptik Mesir yang terkenal Makram Ubeid menghapal Al Quran
dalam jumlah banyak, dan ia dengan lincah mengutip dari Al Quran dalam pidato - pidatonya,
dalam artikel-artikelnya, dalam pembelaannya di persidangan, dan kata-kata
Al Quran yang ia gunakan itu memberikan keindahan dalam ucapan-ucapannya, dan
memberika kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh sumber lainnya selain Al Quran.
Diantara manfaat menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak adalah: meluruskan
lidah, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai dengan makhraj
hurufnya, dan tidak mengalami seperti dialami oleh orang awam dan sayangnya sebagian
pendidik, yang kurang fasih dalam membaca huruf jim, dan tidak mengeluarkan lidah
saat membaca huruf tsa, dzal, zha dan lainnya, tidak menebalkan huruf-huruf izh-har
yang terkenal dalam kha, shad, dhadh, tha, zha, ghain, dan qaf, kapan harus menebalkan
huruf raa dan kapan menipiskannya, juga seperti huruf lam dalam kata Allah,
kaditebalkan, dan kapan ditipiskan. Dan semacamnya dari bermacam-macam hal yang
biasa kita lakukan, sehingga membuat lidah kami lembut dari semenjak kanak-kanak,
akibat menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, sehingga akhirnya itu menjadi
tabi`at kami yang keduaز

source : Syaikh Yusuf Qardhawi
1 Penegasan itu tampak dalam penggunaan jumlah ismiyyah (redaksional dengan kata benda) dan dalam
kata “inna” serta lam dalam khabar “lahaafizhuun”.
2 Yaitu siswa Badri Abu Zaid dari propinsi Asyuth.
3 Beberapa tahun yang lalu ada seorang anak dari Iran –yang baru berumur tujuh tahun— yang menjadi
fenomena dalam menghapal Al Quran al Karim. Yaitu As Sayyid Muhammad Husain Ath Thabatabai. Ia
telah mengunjungi Qathar pada bulan Muharram tahun 1419 H (Mei 1998 M). Ia menampilkan hapalannya
dan pemahamannya terhadap Al Quran dengan mencengangkan semua orang. Ia telah mengunjungiku
bersama orang tuanya disertai duta besar Iran di Doha, aku kemudian menguji hapalan dan
pemahamannya, ternyata memang betul mengagumkan.