Para penulis sirah (biografi) Nabi Muhammad SAW pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Nabi Muhammad SAW lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah, meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Nabi Muhammad SAW masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.
Pada saat Nabi Muhammad SAW
berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah)
untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam
perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal
dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.
Setelah ibunya meninggal, Nabi Muhammad SAW dijaga oleh kakeknya, ‘Abd
al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib.
Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan
kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon
dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan
sejarawan sepakat bahwa Nabi Muhammad SAW lahir di bulan Rabiulawal, kendati
mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan
arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Nabi Muhammad SAW,
menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan
Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus
570M).
Berkenalan dengan Khadijah
Ketika Nabi Muhammad SAW mencapai usia remaja dan berkembang menjadi seorang yang dewasa, ia mulai mempelajari ilmu bela diri dan memanah, begitupula dengan ilmu untuk menambah keterampilannya dalam berdagang. Perdagangan menjadi hal yang umum dilakukan dan dianggap sebagai salah satu pendapatan yang stabil. Nabi Muhammad SAW menemani pamannya berdagang ke arah Utara dan secepatnya tentang kejujuran dan sifat dapat dipercaya Nabi Muhammad SAW dalam membawa bisnis perdagangan telah meluas, membuatnya dipercaya sebagai agen penjual perantara barang dagangan penduduk Mekkah.
Seseorang yang telah mendengar
tentang anak muda yang sangat dipercaya dengan adalah seorang janda yang
bernama Khadijah. Ia adalah seseorang yang memiliki status tinggi di suku Arab
dan Khadijah sering pula mengirim barang dagangan ke berbagai pelosok daerah di
tanah Arab. Reputasi Nabi Muhammad SAW membuatnya terpesona sehingga membuat
Khadijah memintanya untuk membawa serta barang-barang dagangannya dalam
perdagangan. Nabi Muhammad SAW dijanjikan olehnya akan dibayar dua kali lipat
dan Khadijah sangat terkesan dengan sekembalinya Nabi Muhammad SAW dengan
keuntungan yang lebih dari biasanya.
Akhirnya, Nabi Muhammad SAW pun
jatuh cinta kepada Khadijah kemudian mereka menikah. Pada saat itu Nabi
Muhammad SAW berusia 25 tahun sedangkan Khadijah mendekati umur 40 tahun,
tetapi ia masih memiliki kecantikan yang menawan. Perbedaan umur yang sangat
jauh dan status janda yang dimiliki oleh Khadijah, tidak menjadi halangan bagi
mereka, karena pada saat itu suku Quraisy memiliki adat dan budaya yang lebih
menekankan perkawinan dengan gadis ketimbang janda. Walaupun harta kekayaan
mereka semakin bertambah, Nabi Muhammad SAW tetap sebagai orang yang memiliki
gaya hidup sederhana, ia lebih memilih untuk mendistribusikan keuangannya
kepada hal-hal yang lebih penting.
Nabi Muhammad SAW Memperoleh Gelar
Ketika Nabi Muhammad SAW berumur 35 tahun, ia bersatu dengan
orang-orang Quraisy dalam perbaikan Ka’bah. Ia pula yang memberi keputusan di
antara mereka tentang peletakan Hajar al-Aswad di tempatnya. Saat itu ia sangat
masyhur di antara kaumnya dengan sifat-sifatnya yang terpuji. Kaumnya sangat
mencintainya, hingga akhirnya ia memperoleh gelar Al-Amin yang artinya “orang
yang dapat dipercaya”.
Diriwayatkan pula bahwa Nabi
Muhammad SAW percaya sepenuhnya dengan ke-Esaan Tuhan. Ia hidup dengan cara
amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi
orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan
dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa
di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras,
berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq yang
memiliki arti “yang benar”.
Kerasulan Nabi Muhammad SAW
Nabi Muhammad SAW dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang
senang dengan kekerasan dan pertempuran dan menjelang usianya yang ke-40, ia
sering menyendiri ke Gua Hira’ sebuah gua bukit sekitar 6 km sebelah timur kota
Mekkah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur. Ia bisa berhari-hari
bertafakur dan beribadah disana dan sikapnya itu dianggap sangat bertentangan
dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut dan di sinilah ia sering berpikir
dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan
kebodohan.
Pada suatu malam sekitar
tanggal 17 Ramadhan/ 6 Agustus 611, ketika Nabi Muhammad SAW sedang bertafakur
di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan
menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, “Saya
tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Nabi Muhammad SAW
membaca, tetapi jawabannya tetap sama. Akhirnya, Jibril berkata:
Bacalah
dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan
perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya.(Al-Alaq 96: 1-5)
Ini
merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW. Ketika itu ia
berusia 40 tahun 6 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun kamariah (penanggalan
berdasarkan bulan), atau 39 tahun 3 bulan 8 hari menurut perhitungan tahun
syamsiah (penanggalan berdasarkan matahari). Setelah pengalaman luar biasa di
Gua Hira tersebut, dengan rasa ketakutan dan cemas Nabi Muhammad SAW pulang ke
rumah dan berseru pada Khadijah untuk menyelimutinya, karena ia merasakan suhu
tubuhnya panas dan dingin secara bergantian. Setelah hal itu lewat, ia
menceritakan pengalamannya kepada sang istri.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Untuk lebih menenangkan hati suaminya, Khadijah mengajak Nabi Muhammad SAW mendatangi saudara sepupunya, yaitu Waraqah bin Naufal, yang banyak mengetahui nubuat tentang nabi terakhir dari kitab-kitab suci Kristen dan Yahudi. Mendengar cerita yang dialami Nabi Muhammad SAW, Waraqah pun berkata, bahwa ia telah dipilih oleh Tuhan menjadi seorang nabi. Kemudian Waraqah menyebutkan bahwa An-Nâmûs al-Akbar (Malaikat Jibril) telah datang kepadanya, kaumnya akan mengatakan bahwa ia seorang penipu, mereka akan memusuhi dan melawannya.
Wahyu turun kepadanya secara
berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan
menurut urutan yang diberikan Nabi Muhammad SAW, dan dikumpulkan dalam kitab
bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al- Qur??n (bacaan). Kebanyakan
ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan
dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang
diterjemahkan oleh Nabi Muhammad SAW sendiri melalui percakapan, tindakan dan
persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah
digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang
menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
Nabi Muhammad SAW Mendapatkan Pengikut
Selama tiga tahun pertama, Nabi Muhammad SAW hanya menyebarkan
agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka
yang percaya dan meyakini ajaran Nabi Muhammad SAW adalah para anggota
keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zaid bin
Haritsah dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Nabi Muhammad SAW mengumumkan
secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar,
Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidah bin
Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Nabi Muhammad SAW.
Kesemua pemeluk Islam pertama itu disebut dengan As-Sabiqun al-Awwalun.
Akibat halangan dari masyarakat
jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan
diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya
ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan
orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan
penguasa di Mekkah. Nabi Muhammad SAW sendiri, pada tahun 622 hijrah ke
Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Nabi Muhammad SAW Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim.
Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu
kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka
dalam kunjungan tersebut. Nabi Muhammad SAW mengambil peluang ini untuk
menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah
sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah).
Mereka menemui Nabi Muhammad SAW dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu
tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka
lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang
Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Nabi Muhammad SAW di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Nabi Muhammad SAW akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Nabi Muhammad SAW di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Nabi Muhammad SAW akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak
masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah
berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan
berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk
mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung
selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya
berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai
Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan
(kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Nabi Muhammad SAW. Umat Islam
bebas beribadah (salat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang
mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan
tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian
dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian
diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Nabi Muhammad SAW kembali pada tahun berikutnya. Nabi Muhammad SAW menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Nabi Muhammad SAW memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
Mukjizat Nabi Muhammad SAW
Seperti nabi dan rasul sebelumnya, Nabi Muhammad SAW diberikan
irhasat (pertanda) akan datangnya seorang nabi, seperti yang diyakini oleh umat
Muslim telah dikisahkan dalam beberapan kitab suci ajaran samawi, kemudian
dikisahkan pula terjadi pertanda pada masa didalam kandungan, masa kecil dan
remaja. Kemudian Nabi Muhammad SAW diyakini diberikan mukjizat selama
kenabiannya.
Dalam syariat Islam, mukjizat
terbesar Nabi Muhammad SAW adalah Al-Qur’an, karena pada masa itu bangsa Arab
memiliki kebudayaan sastra yang cukup tinggi dan Nabi Muhammad SAW sendiri
adalah orang yang buta huruf, yang diyakini oleh umat muslim mustahil dikarang
olehnya. Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga diyakini pula oleh umat Islam
pernah membelah bulan pada masa penyebaran Islam di Mekkah dan melakukan Isra
dan Mi’raj dalam waktu tidak sampai satu hari. Kemampuan lain yang dimiliki
Nabi Muhammad SAW adalah kecerdasannya mengenai ilmu ketauhidan.
Fisik dan ciri-ciri Nabi Muhammad SAW
Berikut adalah penggambaran sosok Nabi Muhammad SAW dari salah
satu istinya yaitu Aisyah, sepupunya Ali bin Abi Thalib, para sahabatnya, serta
orang terakhir yang masih hidup yang kala itu sempat melihat sosoknya secara
langsung, yaitu Abu Taufik.
Aisyah dan Ali bin Abi Thalib
telah merincikan ciri-ciri fisik dan penampilan keseharian Nabi Muhammad SAW,
di antaranya adalah rambut ikal berwarna sedikit kemerahan, terurai hingga
bahu. Kulitnya putih kemerah-merahan, wajahnya cenderung bulat dengan sepasang
matanya hitam dan bulu mata yang panjang. Tidak berkumis dan berjanggut
sepanjang sekepalan telapak tangannya.
Tulang kepala besar dan bahunya
lebar. Tubuhnya tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek, berpostur
kekar sangat indah dan pas dikalangan kaumnya. Bulu badannya halus memanjang
dari pusar hingga dada. Jemari tangan dan kaki tebal dan lentik memanjang.
Apabila berjalan cenderung
cepat dan tidak pernah menancapkan kedua telapak kakinya, beliau melangkah
dengan cepat dan pasti. Apabila menoleh, ia menolehkan wajah dan badannya
secara bersamaan. Di antara kedua bahunya terdapat tanda kenabian dan memang ia
adalah penutup para nabi. Ia adalah orang yang paling dermawan, paling
berlapang dada, paling jujur ucapannya, paling bertanggung jawab dan paling
baik pergaulannya. Siapa saja yang bergaul dengannya pasti akan menyukainya.
Setiap
orang yang bertemu Nabi Muhammad SAW pasti akan berkata, “Aku tidak pernah
melihat orang yang sepertinya, baik sebelum maupun sesudahnya.” Begitulah Nabi
Muhammad SAW di mata khalayak, akhlaknya yang sangat mulia digambarkan dalam
salah satu ayat Al-Qur’an:
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al-Qalam: 4)
Dalam hadits riwayat Bukhari, Nabi Muhammad SAW digambarkan sebagai orang yang berkulit putih dan berjenggot hitam dengan uban.
Dalam satu hadits diterangkan
mengenai corak fisik Nabi Muhammad SAW, yaitu ia bertubuh sedang, kulitnya
berwarna cerah tidak terlalu putih dan tidak pula hitam. Rambutnya berombak.
Ketika Nabi Muhammad SAW wafat uban yang tumbuh di rambut dan janggutnya masih
sedikit.
Anas juga mengatakan bahwa Nabi
Muhammad SAW memiliki tinggi sedang, tidak tinggi sekali ataupun pendek, tegap.
Bila ia berjalan sangat gesit dengan tubuh condong sedikit kedepan.
Bara’a bin Aazib mengatakan
bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki tinggi yang sedang, dengan tulang pundak
bidang. Rambutnya cukup tebal, panjang sampai batas telinga.
Ali bin Abi Thalib meriwayatkan
bahwa Nabi Muhammad SAW tidaklah tinggi dan juga pendek. Telapak tangan dan
kaki beliau padat berisi. Ia memiliki kepala yang agak besar dan kuat.
Bulu-bulu halus tumbuh di dadanya dan terus kebawah sampai pusar. Jika
berjalan, melangkahnya seolah-olah seperti turun (meloncat) dari suatu
ketinggian. Ditambahkan pula bahwa Ali belum pernah melihat orang sepertinya di
antara sahabatnya sesudah wwafatnya Nabi Muhammad SAW.
Ali menambahkan bahwa Nabi
Muhammad SAW memiliki rambut lurus sedikit berombak. Tidak gemuk dan tidak
terlalu besar, berperawak baik dan tegak. Warna kulit cerah, matanya hitam
dengan bulu mata yang panjang. Persendian tulang yang kuat dada, tangan dan
kakinya kekar. Tidak memiliki bulu yang tebal tetapi hanya tipis dari dada
sampai pusarnya. Jika berbicara dengan seseorang, maka ia akan menghadapkan
wajahnya keorang tersebut dengan penuh perhatian. Diantara bahunya ada tanda
kenabian. Nabi Muhammad SAW orang yan baik hatinya dan paling jujur, orang yang
paling dirindukan dan sebaik-baiknya keturunan. Siapa saja yang mendekati dan
bergaul dengannya maka akan langsung merasa terhormat, khidmat, menghargai dan
mencintainya.
Hind bin Abi Halah mendapat
cerita dari Hasan bin Ali mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki pribadi
mulia dan sangat agung jika orang melihatnya. Wajahnya bercahaya seperti bulan
purnama. Ia sedikit lebih tinggi dari rata-rata orang tapi lebih pendek dari
orang yang jangkung. Kepalanya lebih besar dari rata-rata orang dan rambutnya
agak keriting (berombak) agak panjang hingga mencapai kuping dan dibelah
tengah. Kulit berwarna cerah dahinya agak lebar. Alis matanya melengkung hitam
dan tebal, di antara alisnya nampak urat darah halus yang berdenyut bila sedang
emosi.
Hidungnya agak melengkung dan
mengkilap jika terkena cahaya serta tampak agak menonjol jika pertama kali
melihatnya padahal sebenarnya tidak. Berjanggut tipit tapi penuh rata sampai
pipi. Mulutnya sedang, giginya putih cemerlang dan agak renggang. Pundaknya
bagus dan kokoh, seperti dicor perak. Anggota tubuh lainnya normal dan
proporsional. Dada dan pinggangnya seimbang dengan ukurannya. Tulang belikatnya
cukup lebar, bagian-bagian tubuhnya tidak tertutup bulu lebat, bersih dan
bercahaya. Kecuali bulu halus yang tumbuh dari dada hingga pusar.
Lengan dan dada bagian atas
berbulu. Pergelangan tangannya cukup panjang, telapak tangannya agak lebar
serta tangan dan kakinya berisi, jari-jari tangan dan kaki cukup langsing. Jika
berjalan agak condong kedepan melangkah dengan anggun serta berjalan dengan
cepat dan sering melihat kebawah dari pada keatas. Jika berhadapan dengan orang
maka ia memandang orang itu dengan penuh perhatian dan tidak pernah melototi
seseorang dan pandangannya menyejukkan. Selalu berjalan agak dibelakang,
terutama jika saat melakukan perjalanan jarak jauh dan ia selalu menyapa orang
lain terlebih dahulu.
Dari kisah Jabir bin Samurah
meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki mulut yang agak lebar, di matanya
terlihat juga garis-garis merahnya, serta tumitnya langsing. Jabir (ra) juga
meriwayatkan bahwa ia berkesempatan melihat Nabi Muhammad SAW di bawah sinar
rembulan, ia juga memperhatikan pula rembulan tersebut, baginya Nabi Muhammad
SAW lebih indah dari rembulan tersebut.
Abu Ishaq mengemukakan bahwa,
Bara’a bin Aazib pernah berkata, bahwa rona Nabi Muhammad SAW lebih mirip
purnama yang cerah.
Abu Hurairah mengatakan bahwa
Nabi Muhammad SAW sangatlah rupawan, seperti dibentuk dari perak. Rambutnya
cenderung berombak dan Abu Hurairah belum pernah melihat orang yang lebih baik
dari dan lebih tampan dari Nabi Muhammad SAW, rona mukanya secemerlang matahari
dan tidak pernah melihat orang yang secepatnya. Seolah-olah tanah digulung oleh
langkah-langkah Nabi Muhammad SAW jika sedang berjalan. Dikatakan jika Abu
Hurairah dan yang lainnya berusaha mengimbangi jalannya Nabi Muhammad SAW dan
nampak ia seperti berjalan santai saja.
Jabir
bin Abdullah mengatakan, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ia pernah
menyaksikan gambaran tentang para nabi. Diantaranya adalah Musa berperawakan
langsing seperti orang-orang dari Suku Shannah, dan melihat Isa yang mirip
salah seorang sahabatnya yang bernama Urwah bin Mas’ud dan ketika melihat
Ibrahim dikatakan sangat mirip dengan dirinya sendiri (Muhammad), kemudian Nabi
Muhammad SAW juga mengatakan bahwa ia pernah melihat Malaikat Jibril yang mirip
dengan Dehya Kalbi.[24]
Said al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara langsung Nabi Muhammad SAW kecuali dirinya sendiri dan Nabi Muhammad SAW memiliki roman muka sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Said al Jahiri mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Taufik berkata bahwa pada saat ini tidak ada lagi yang masih hidup orang yang pernah melihat secara langsung Nabi Muhammad SAW kecuali dirinya sendiri dan Nabi Muhammad SAW memiliki roman muka sangat cerah dan perawakanna sangat baik.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa
gigi depan Nabi Muhammad SAW agak renggang tidak terlalu rapat dan jika
bericara nampak putih berkilau.
Pernikahan Nabi Muhammad SAW
Selama hidupnya Nabi Muhammad SAW menikahi 11 atau 13 orang wanita
(terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah
dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.
Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia, sehingga saat meninggalnya Khadijah
(yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai
tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Nabi
Muhammad SAW disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi
Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Nabi
Muhammad SAW akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Nabi Muhammad SAW
tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang,
dimana sembilan di antaranya masih hidup sepeninggal Nabi Muhammad SAW.
Para ahli sejarah antara lain
Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan
untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan
penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena
budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Nabi
Muhammad SAW diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34
: 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya
masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah
kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan
nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian
bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).
Source : id.wikipedia.org (dengan sedikit editing
penyesuaian tulisan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar