Rabu, 11 April 2012

MENGHAFAL AL QURAN


Di antara karakteristik Al Quran adalah: ia merupakan Kitab Suci yang dimudahkan
untuk dihapal dan diulang-ulang, dan ia juga dimudahkan untuk diingat dan fahami.


ولقد يسرنا القرءان للذكر فهل من مدكر 
“dan Sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, Maka Adakah orang yang mengambil pelajaran? (Al Qamar:17), dan ayat lainnya.
Karena dalam lafazh-lafazh Al Quran, redaksi-redaksinya, dan ayat-ayatnya
mengandung keindahan, kenikmatan dan kemudahan, sehingga mudah untuk dihapal bagi
orang yang ingin menghapalnya, menyimpan dalam hatinya, dan menjadikan hatinya
sebagai tempat Al Quran.
Dari sini, kita mendapati ribuan bahkan puluhan ribu kaum Muslimin yang
menghapal Al Quran, dan mayoritas dari mereka adalah anak-anak yang belum
menginjak usia baligh. Dalam usia yang masih kanak-anak itu, mereka tidak mengetahui
nilai kitab suci, juga apakah ia suci atau tidak, namun tetap saja Al Quran dihapal oleh
bilangan orang yang banyak itu.
Jika Anda meneliti perhatian orang-orang Kristen terhadap Kitab Suci mereka, kita
akan mendapatkan tidak seorangpun yang hapal isinya, tidak setengahnya, atau
seperempatnya, dari kalangan orang-orang yang beriman dengan kitab itu, hingga para
rahib, pendeta, uskup dan kardinal sekalipun tidak hapal kitab suci mereka.
Sementara dengan Al Quran, kita mendapatkan banyak non-Arab yang hapalannya
amat bagus: seperti saudara-saudara kita dari Indonesia, India, Pakistan, Bangladesh, Afghanistan,
Turki, Senegal dan Muslim Asia-Afrika lainnya, padahal mereka tidak memahami bahasa
Arab. Kami pernah menguji mereka dalam musabaqah-musabaqah menghapal Al Quran
di negeri Qathar, dan aku dapati salah seorang mereka ada yang menghapal demikian
bagusnya sehingga seperti sebuah kaset rekaman Al Quran, yang tidak melupakan satu
huruf-pun dari Al Quran, atau satu kata darinya, namun demikian, saat kami tanya dia
(dengan bahasa Arab): siapa nama Anda? Ia tidak dapat menjawab! Karena ia tidak
memahami bahasa Arab.
Ini semua adalah perwujudan dari firman Allah SWT:

إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحفظون

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”[793]. (Al Hijr: 9).

[793] Ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Quran selama-lamanya.


Allah SWT telah menjamin pemeliharaan Al Quran ini dengan ungkapan yang tegas itu1,
dan diantara perangkat untuk memeliharanya adalah: menyiapkan orang yang
menghapalnya, dari satu generasi ke generasi lainnya.
Kami telah menghapal Al Quran dengan baik saat belum lagi menginjak usia
sepuluh tahun, dan mungkin kami dapat menghapalnya pada usia yang lebih muda lagi.
Kami dapati di Bangladesh seorang anak-anak yang telah hapal Al Quran saat ia
berusia sembilan tahun. Saat kami mencoba hapalannya, kami dapati hapalannya amat
bagus.
Kami mendapati di Mesir anak yang telah hapal Al Quran saat ia berusia tujuh
tahun, seperti kami saksikan dalam musabaqah tahfizh Al Quran. Dan salah seorang2
darinya datang ke Qathar, dan kemudian diterima dengan hormat oleh menteri
Pendidikan Qathar beberapa tahun yang lalu. Dan kami melihat seorang anak pada usia
yang sama telah menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, dari sebuah
kampung dekat kampung asalku di Mesir, yaitu Sajin al Kaum[3 ].
Kami temukan sebagian pendidik kontemporer yang mengkritik kegiatan
menghapal Al Quran pada saat kanak-kanak, karena ia menghapalnya tanpa pemahaman,
dan manusia tidak seharusnya menghapal apa yang tidak ia fahami.
Namun kaidah ini tidak boleh diaplikasikan bagi Al Quran, karena tidak mengapa
seorang anak menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak untuk kemudian
memahaminya pada saat dewasa. Karena menghapal pada saat kanak-kanak seperti
memahat di atas batu, seperti dikatakan seoarang bijaksana pada masa lalu. Dan saat ada
yang mengatakan: orang yang dewasa lebih matang akalnya! Ada yang menjawab:
namun ia lebih banyak kesibukannya!
Kami telah menghapal Al Quran dan menyimpannya dalam hati semenjak masa
kanak-kanak itu, kemudian Allah SWT memberikan manfaat kepada kami saat dewasa.
Di antara keistimewaan Al Quran adalah: ia merupakan kitab yang dijelaskan dan
dimudahkan untuk dihapal, seperti kami telah jelaskan dalam karakteristik - karakteristiknya.
Oleh karena ia dipahami –secara global—oleh yang kecil dan yang
besar, yang tidak berpendidikan maupun yang berpendidikan, dan setiap orang
mengambil pemahaman darinya sesuai dengan kemampuannya.
Kami perlu sebut di sini –saat kami belajar di al Kuttab (madrasah penghapal Al
Quran)— kami pernah membaca kisah-kisah Al Quran dan nasehat-nasehatnya, dan kami
mengetahui ibrah umum dari kisah-kisah itu, meskipun kami tidak mencapai makna - makna
yang dalam yang terkandung dalam redaksi Al Quran, hukum-hukumnya dan
semacamnya.
Kejadian yang lain adalah saat kami mengulang hapalan surah Ash Shaaffaat
kepada syeikh Kuttab kami yaitu Syaikh Hamid. Dalam surah itu terdapat banyak kisah
para Rasul, dan di antaranya adalah kisah Nabi Luth a.s. dan kaumnya yang dihancurkan
oleh Allah SWT dan dibinasakan dengan azab-Nya. Tentang mereka Allah SWT
berfirman:
“Sesungguhnya Luth benar-benar salah seorang rasul. (Ingatlah) ketika Kami selamatkan
dia dan keluarganya (pengikut-pengikutnya) semua, kecuali seorang perempuan tua
(isterinya yang berada) bersama-sama orang yang tinggal. Kemudian Kami binasakan
orang-orang yang lain. Dan sesungguhnya kamu (hai penduduk Mekah) benar-benar akan
melalui (bekas-bekas) mereka di waktu pagi, dan di waktu malam. Maka apakah kamu
tidak memikirkan?.” ( Ash Shaaffaat: 133-138).
Kami membaca dua ayat yang terakhir itu seperti ini:
َنيِحِبْصُم ْمِهْيَلَع َنو.رُمَتَل ْمُك.نِإَو ) 137 ( ِلْي.للاِبَو “.

Dengan menyambung kata “ِلْي.للاِبَو َنيِحِبْصُم “, dan tidak berhenti pada ujung ayat,
kemudian kami membaca: “َنوُلِقْعَت اَلَفَأ “. Mendengar itu, Syeikh Hamid berkomentar:
Allah yaftah `alaik! (Allah membuka pemahaman engkau!) Syeikh itu mengetahui kami
telah memahami makna ayat itu: “
Kami dapati sebagian saudara kita yang beragama Kristen yang dengan serius
berusha menghapal Al Quran atau banyak juz dari Al Quran, dan agar anak-anaknya juga
menghapalnya pada usia kanak-kanak mereka. Seperti diceritakan sendiri oleh Dr.
Nazhmi Lukas, seorang sastrawan Koptik Mesir, tentang dirinya, dalam pembukaan
bukunya yang terkenal “Muhammad: Risalah dan Rasul”. Ia menceritakan bagaimana
bapaknya mengirimnya kepada salah seorang syaikh yang buta dan amat baik hapalannya
di kota Suez, kemudian bapaknya meminta syeikh itu untuk mengajarkan anaknya
menghapal Al Quran, dan dasar-dasarnya. Dan iapun melaksanakannya.
Pemimpin politik Koptik Mesir yang terkenal Makram Ubeid menghapal Al Quran
dalam jumlah banyak, dan ia dengan lincah mengutip dari Al Quran dalam pidato - pidatonya,
dalam artikel-artikelnya, dalam pembelaannya di persidangan, dan kata-kata
Al Quran yang ia gunakan itu memberikan keindahan dalam ucapan-ucapannya, dan
memberika kekuatan yang tidak dapat diberikan oleh sumber lainnya selain Al Quran.
Diantara manfaat menghapal Al Quran pada masa kanak-kanak adalah: meluruskan
lidah, membaca huruf dengan tepat, dan mengucapkannya sesuai dengan makhraj
hurufnya, dan tidak mengalami seperti dialami oleh orang awam dan sayangnya sebagian
pendidik, yang kurang fasih dalam membaca huruf jim, dan tidak mengeluarkan lidah
saat membaca huruf tsa, dzal, zha dan lainnya, tidak menebalkan huruf-huruf izh-har
yang terkenal dalam kha, shad, dhadh, tha, zha, ghain, dan qaf, kapan harus menebalkan
huruf raa dan kapan menipiskannya, juga seperti huruf lam dalam kata Allah,
kaditebalkan, dan kapan ditipiskan. Dan semacamnya dari bermacam-macam hal yang
biasa kita lakukan, sehingga membuat lidah kami lembut dari semenjak kanak-kanak,
akibat menghapal Al Quran dan membacanya dengan baik, sehingga akhirnya itu menjadi
tabi`at kami yang keduaز

source : Syaikh Yusuf Qardhawi
1 Penegasan itu tampak dalam penggunaan jumlah ismiyyah (redaksional dengan kata benda) dan dalam
kata “inna” serta lam dalam khabar “lahaafizhuun”.
2 Yaitu siswa Badri Abu Zaid dari propinsi Asyuth.
3 Beberapa tahun yang lalu ada seorang anak dari Iran –yang baru berumur tujuh tahun— yang menjadi
fenomena dalam menghapal Al Quran al Karim. Yaitu As Sayyid Muhammad Husain Ath Thabatabai. Ia
telah mengunjungi Qathar pada bulan Muharram tahun 1419 H (Mei 1998 M). Ia menampilkan hapalannya
dan pemahamannya terhadap Al Quran dengan mencengangkan semua orang. Ia telah mengunjungiku
bersama orang tuanya disertai duta besar Iran di Doha, aku kemudian menguji hapalan dan
pemahamannya, ternyata memang betul mengagumkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar